Willem Iskander, Inisiator Sekolah Guru

Bagikan Artikel

Oleh Dedy Hutajulu

Nama Ki Hadjar Dewantara bergaung setiap kali kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Seakan-akan hanya beliaulah yang menggagas fondasi pendidikan di Nusantara ini. Memang harus kita akui, sumbangsih pemikirannya amat besar untuk pendidikan kita.

Namun, meniadakan tokoh lainnya juga tidak tepat. Sebab sumbangsih pemikiran dan kiprah sekecil apapun amat berarti bagi kemajuan pendidikan kita. Sejumlah literatur mencatat, jauh sebelum pendiri Taman Siswa unjuk karya, telah ada sejumlah tokoh pendidikan kita yang lebih dulu berkiprah secara gemilang. Dan kiprah mereka turut berjasa dalam membawa pencerahan bagi gulitanya pendidikan di era kolonialisme di Hindia Belanda. Meskipun nama mereka hanya terdengar sayup-sayup dan terlupakan dalam narasi besar pendidikan nasional kita.

Salah satu Diantaranya tokoh pendidikan yang kiprahnya luar biasa itu adalah Willem Iskander. Nama aslinya, Satie Nasution. Pria kelahiran Desa Pidoli Lombang, Mandailing Natal tahun 1840 itu tumbuh menjadi anak cerdas. Kecerdasannya sukses mencuri perhatian Asisten Residen Alexander Philippus Godon yang berdinas di Tapanuli Selatan. Sehingga ketika Godon mau cuti ke kampung halamannya, ia memboyong Satie ke Amsterdam.

Di Negeri Kincir Air itu, Godon memperkenalkan Satie kepada Guru Besar Millies. Millies juga melihat “potensi” besar dalam diri Satie. Millies dan Godon bersepakat mengajukan nama Satie untuk disekolahkan di bidang keguruan. Alhasil, gayung bersambut. Pada 1859, Satie yang sudah berusia 19 tahun itu mulai bersekolah bidang keguruan di Amsterdam. Ia dibimbing oleh Guru Kepala, Dirk Hekker hingga meraih Akta Guru Bantu. Ia juga masih disekolahkan hingga semakin matang keterampilan keguruannya.

Namun karena sakit penyakit, ia kemudian dipulangkan ke tanah airnya. Setibanya di kampung halamannya, Willem Iskander menghadap Gubernur Jenderal van den Beele. Tujuannya, memohon kepada Beele agar diberi izin mendirikan sekolah guru di Mandailing, sekaligus memohon bantuan kepada Gubernur Pantai Barat Sumatera van den Bosche agar impiannya itu bisa terwujud. Dan impiannya itu pun menjadi kenyataan. Sebuah sekolah guru berdiri di Tano Bato, Penyabungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal pada 1862, ketika Willem masih berumur 22 tahun.

Itu artinya enam dekade sebelum Taman Siswa berdiri (1922) atau dua puluh tujuh tahun sebelum Ki Hadjar Dewantara lahir (2 Mei 1889), Willem Iskander telah mendirikan sekolah keguruan di Sumatera. Sekolah itu dibangun, tak lain untuk meningkatkan sumber daya manusia kaum bumi putra. Dan Willem Iskander yang merupakan lulusan Sekolah Guru Amsterdam pada 1861 menjadi pendidik utama.

Kemudian, Tahun 1874, Willem berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya kembali. Kali ini, keberangkatannya untuk mendapatkan ijazah guru kepala sekolah, sekaligus membawa serta tiga bumi putra yang ingin bersekolah keguruan. Ketiga bumi putra itu yakni Benas Lubis (muridnya), Raden Mas Sunarso dari Kwekschool Surakarta, Mas Ardi Sasmita dari Majalengka.

Basyral Hamidy Harahap dalam blognya menulis, Willem Iskander ini sungguh hebat. Di usia 22 tahun telah melakukan terobosan besar gerakan pencerahan melalui pendidikan di Mandailing. Di sekolah guru Tano Bato, murid-murid diajari mengenai dasar-dasar berhitung, membaca, menulis, bahasa Belanda, bahasa Melayu, bahasa Mandailing, matematika, fisika, ilmu ukur tanah, ilmu bumi, dan ilmu pemerintahan. Huruf yang dipelajari tak hanya Latin, tapi juga aksara Mandailing dan Melayu. Dari sini kita bisa kita lihat, visi besar yang terus dikerjakan Willem Iskander. Dengan keluasan cakrawala berpikirnya, kaya pengalaman, idealisme, semangat pembaruan dan kearifan, ia telah membawa gerakan pencerahan bagi Tapanuli.

Atas kerja kerasnya mendirikan sekolah guru (Kwekschool) Tano Bato, Willem Iskander dipuji oleh dari Inspektur Jenderal Pendidikan Bumiputera Mr. J.A. van der Chijs ketika berkunjung ke sana pada 1866. Van der Chijs melihat, Sekolah Tano Bato lebih berkembang ketimbang Kwekschool Fort de Kock yang didirikan Asisten Residen Abdul Latip Sutan di Bukit Tinggi.

Terpesona dengan pengelolaan Sekolah Guru Tano Bato, van der Chijs pun mengajak Willem Iskander mendiskusikan seputar cara terbaik memajukan pendidikan Bumiputera. Willem Iskander pun menyampaikan gagasannya kepada Van der Chijs. Di antaranya agar pemerintah mendidik guru sebanyak-banyaknya dengan cara memberikan beasiswa kepada murid-murid untuk mendapat pendidikan keguruan di Negeri Belanda. Sebagai langkah pertama ia mengusulkan agar beasiswa itu diberikan kepada delapan orang. Masing-masing dua orang dari Mandailing, Jawa, Sunda dan Manado (Sulawesi).

Sejak pertemuan dengan Chijs itu, Willem Iskander makin gigih meningkatkan wibawa sekolah sebagai pusat peradaban. Iskander percaya, membangun peradaban dimulai dari ruang kelas. Maka, tak ada jalan lain, ia harus mempersiapkan lebih banyak sumber daya guru yang cakap dan terampil mendidik untuk meneruskan mimpi besarnya itu: membawa gerakan pencerahan bagi bumi putra.

Berikut ini sejumlah syarat yang diajukan Willem Iskander ke pemerintah Hindia-Belanda agar pendidikan guru semakin baik. Pertama, sekolah guru harus menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, kedua, guru sekolah guru harus mampu menulis buku pelajaran, terakhir, bahasa daerah harus dikembangkan sesuai kaidah-kaidah bahasa.

Sayang ia mati muda di usia 36 tahun. Dan bangsa kita “mendepaknya” dari narasi pendidikan dan sejarah bangsa. Padahal torehan pemikiran dan kiprahnya luar biasa besar untuk kemajuan pendidikan. (*)


Sumber Bacaan:
[1] https://tirto.id/willem-iskander-guru-modern-tanah-batak-cwlr
[2] https://kumparan.com/@kumparannews/kisah-willem-iskander-membangun-sekolah-guru-terbaik-se-hindia-belanda-1550054470512523738
[3] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Willem_Iskander
[4] https://news.okezone.com/read/2017/10/30/65/1805052/kisah-hidup-willem-iskander-pionir-pendidikan-dari-sumatera-utara
[5] http://www.basyral-hamidy-harahap.com/blog/index.php?itemid=28
[6] https://youtu.be/KcU3HgCYKes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *