Bonarinews.com, BIMA – Musim kemarau panjang kembali melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Akibatnya, ratusan keluarga di Kecamatan Soromandi dan Palibelo mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima, sebanyak 245 kepala keluarga atau 1.372 jiwa terdampak kekeringan. Kondisi ini membuat warga terpaksa mengantre air di titik-titik distribusi bantuan yang didirikan pemerintah daerah.
Untuk mengatasi krisis ini, BPBD Bima bersama pemerintah kabupaten menyalurkan 15.000 liter air bersih menggunakan mobil tangki ke dua kecamatan tersebut. Distribusi air dilakukan secara bergiliran agar semua warga terdampak mendapatkan jatah yang cukup.
“Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan kebutuhan air bersih masyarakat terpenuhi, terutama di wilayah yang paling parah terdampak,” ujar perwakilan BPBD Bima, Jumat (17/10/2025).
Selain itu, BPBD juga mengimbau masyarakat untuk menghemat penggunaan air, serta mulai menyiapkan tempat penampungan air hujan sebagai cadangan jangka panjang. Upaya pembuatan sumur bor tambahan juga sedang dikaji untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan air tangki.
Kekeringan tahun ini dipicu oleh minimnya curah hujan selama beberapa bulan terakhir, yang menyebabkan sumber air seperti sumur dan sungai mengalami penyusutan drastis. Sejumlah lahan pertanian bahkan mulai retak dan tidak bisa ditanami kembali.
“Kami berharap bantuan air ini bisa meringankan beban warga sampai hujan kembali turun. Namun yang lebih penting, kesadaran untuk mengelola air secara bijak harus ditingkatkan,” tambah BPBD.
Pemerintah daerah juga berencana menggandeng pihak swasta dan relawan untuk memperluas jangkauan distribusi air bersih, terutama bagi desa-desa terpencil yang sulit dijangkau kendaraan tangki.
Dengan musim kemarau yang diprediksi masih berlangsung hingga beberapa minggu ke depan, masyarakat diimbau tetap waspada dan berkoordinasi dengan pemerintah desa jika mengalami kekurangan air bersih.
Kekeringan ini menjadi pengingat bahwa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan penting dilakukan, agar warga tidak terus-menerus menjadi korban krisis air di setiap musim kemarau. (Redaksi)