Bonarinews.com – Sebuah video yang memperlihatkan ratusan buruh PT Gudang Garam di Tuban saling berpelukan dan menangis setelah terkena PHK massal mendadak viral. Pemandangan itu menampar nurani kita. Di balik industri yang katanya semakin maju, ada manusia dengan keluarga, anak, dan masa depan yang kini terancam.
Kasus ini bukan sekadar cerita internal sebuah perusahaan rokok besar. PHK massal di salah satu konglomerasi terbesar negeri ini menjadi simbol rapuhnya dunia ketenagakerjaan kita. Saat janji pemerintah tentang 19 juta lapangan kerja masih segar di ingatan, justru ribuan buruh dipecat tanpa kepastian. Publik pun bereaksi. Bagaimana bisa janji penciptaan kerja berbenturan dengan kenyataan kehilangan kerja?
Bagi KSPI, PHK ini tidak berdiri sendiri. Ia adalah gejala turunnya daya beli masyarakat, kenaikan cukai rokok, minimnya inovasi produk, hingga menurunnya serapan tembakau dari petani. Ironisnya, dampaknya bukan hanya ke buruh pabrik, tapi juga ke supir angkut, pemilik kontrakan, hingga para petani tembakau. Satu gelombang PHK bisa beresonansi ke rantai ekonomi rakyat kecil.
Hingga hari ini belum ada pernyataan resmi dari PT Gudang Garam. Padahal, sebagai perusahaan publik dengan brand besar, transparansi adalah tanggung jawab moral sekaligus hukum. Kebenaran atas berita ini perlu diklarifikasi. Diam hanya akan memperlebar jurang ketidakpercayaan.
Dua hal yang perlu publik tahu: Pertama, perusahaan wajib menjelaskan secara terbuka alasan dan dampak PHK massal ini, serta memberikan perlindungan layak bagi buruh yang terdampak. Kedua, pemerintah tidak boleh sekadar menjadi penonton. Jika cukai rokok dan regulasi menjadi biang masalah, maka perlu kebijakan yang lebih seimbang: industri tetap hidup, pekerja tetap terlindungi, dan kesehatan publik tetap terjaga.
PHK massal Gudang Garam adalah alarm keras. Janji penciptaan lapangan kerja tidak berarti apa-apa bila buruh justru kehilangan pekerjaan. Negara harus hadir, perusahaan harus bertanggung jawab. Sebab di balik angka-angka ekonomi, ada wajah-wajah manusia yang hari ini menangis.