Bonarinews.com, SIKKA —Turnamen Mini Soccer Desa Nangahale Cup 2025 kembali jadi buah bibir publik. Bukan karena permainan yang atraktif, melainkan karena keputusan kontroversial wasit berlisensi, Jerry, yang dianggap mencederai nilai keadilan dan memantik keributan di lapangan.
Pertandingan antara One Peace FC dan Sembur Paus 1 FC di Lapangan Marannu, Desa Nangahale, Selasa (14/10/2025), kini menjadi simbol retaknya kepercayaan terhadap perangkat pertandingan desa yang seharusnya netral dan profesional.
Wasit Tidak Hadir dan Tidak Bertanggung Jawab
Sebelum laga dilanjutkan pada Rabu (15/10/2025), suasana turnamen sudah tegang. Wasit utama, Jerry, yang memimpin laga kontroversial sebelumnya, tidak hadir dan tidak memberi klarifikasi terhadap insiden yang memicu kekacauan.
Manajer One Peace FC, Faidin, menilai tindakan tersebut sebagai bentuk ketidakprofesionalan dan sikap tidak bertanggung jawab seorang pengadil lapangan.
“Bagaimana bisa seorang wasit berlisensi C menghindar tanpa menjelaskan keputusan yang sudah merugikan satu tim dan mencederai sportivitas?” ujar Faidin.
Ia menegaskan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Ketua Komite Wasit Kabupaten Sikka, Romeo, dan meminta agar dilakukan evaluasi tegas terhadap lisensi Jerry, karena dianggap gagal menjalankan tugas sesuai standar etika wasit berlisensi.
Gol Sah, Tapi Protes Dibiarkan
Sebelumnya, insiden bermula ketika One Peace FC mencetak gol bersih lewat tendangan keras Miranto. Bola jelas melewati garis gawang Sembur Paus 1 FC — bahkan rekaman dari penonton memperkuat hal itu.
Namun, official tim lawan melakukan protes keras, bahkan membanting papan banner turnamen, sementara wasit hanya diam tanpa tindakan.
Padahal, menurut FIFA Law 12 (Disciplinary Action), tindakan agresif atau protes tidak sopan dari pemain maupun official harus dijatuhi sanksi disiplin. Keputusan pasif Jerry memperlihatkan lemahnya kontrol dan keberpihakan yang dipertanyakan.
Benturan Keras terhadap Kiper: Gol Tidak Sah, Tapi Dibiarkan
Ketegangan memuncak ketika Sembur Paus 1 FC melancarkan serangan balik. Kiper One Peace FC, Iwan, sudah menguasai bola dengan kedua tangannya, namun disikut keras oleh pemain lawan hingga bola terlepas dan masuk ke gawang.
Bukannya meniup peluit pelanggaran, Jerry justru mengesahkan gol tersebut.
Iwan mengalami nyeri di pinggang dan pergelangan tangan, sempat terbaring lama di lapangan. Namun, permainan tetap dilanjutkan tanpa Iwan yang kemudian harus diganti. Meski atas insiden tersebut waktu pun di undur hingga hari ini Rabu, 15/10/2025.
Salah satu official One Peace FC, Yadri, yang mencoba menyampaikan protes justru dihadiahi kartu merah. Sementara, pelanggaran terhadap kiper dan aksi agresif tim lawan dibiarkan tanpa sanksi.
Jawaban Wasit yang Undang Amarah
Saat diminta klarifikasi oleh kapten One Peace FC, Fachrudin, Jerry hanya menjawab ringan: “Saya juga tidak lihat, wasit juga tidak luput dari kesalahan.”
Jawaban itu seketika membuat penonton geram. Pertanyaan besar pun mencuat: bagaimana seorang wasit berlisensi bisa memutuskan tanpa melihat insiden langsung? Lisensi yang seharusnya menjadi jaminan integritas kini justru menjadi tanda tanya.
Bukan Soal Menang Atau Kalah
Manajer One Peace FC, Faidin, menyampaikan kekecewaannya dengan nada tegas namun berimbang: “Ini bukan soal menang atau kalah, ini soal keadilan. Kalau wasit berlisensi saja bisa seperti ini, bagaimana nasib pemain muda yang belajar fair play dari turnamen desa?” gerutunya.
Lebih jauh, Faidin meminta panitia dan Komite Wasit Kabupaten Sikka untuk meninjau ulang kompetensi dan tanggung jawab wasit Jerry, bahkan bila perlu mencabut lisensinya.
“Lisensi tanpa integritas hanyalah kertas kosong. Kami ingin pertandingan adil, bukan turnamen yang dikendalikan emosi dan keputusan sepihak,” tegasnya.
Aturan FIFA yang Diabaikan
Menurut FIFA Laws of the Game 2024/25, dua pasal penting yang seharusnya ditegakkan justru diabaikan oleh wasit Jerry:
Law 12 – Pelanggaran terhadap Kiper
“Ketika kiper sudah menguasai bola dengan tangan, segala bentuk tantangan terhadapnya adalah pelanggaran.”
Law 5 – Perlindungan terhadap Pemain Cedera
“Wasit wajib menghentikan permainan jika ada pemain yang cedera serius.”
Kedua poin ini menunjukkan bahwa gol ke gawang One Peace FC seharusnya tidak sah. Namun, Jerry tetap mengesahkan dan melanjutkan pertandingan.
Keadilan yang Retak di Lapangan Desa
Turnamen Pordes Mini Soccer Nangahale Cup seharusnya menjadi ajang kebersamaan dan pembinaan generasi muda. Namun, akibat satu keputusan keliru, lapangan desa berubah menjadi arena kekacauan dan ketidakpercayaan.
Peluit wasit yang seharusnya netral kini terdengar seperti simbol keberpihakan dan kebingungan.
Publik Menunggu Tindakan Tegas
Kini publik menunggu langkah konkret dari Ketua Komite Wasit Kabupaten Sikka.
Apakah lisensi Jerry akan dievaluasi, atau kasus ini dibiarkan berlalu seperti angin di tengah lapangan dan memberi pembelajaran buruk terhadap pemuda di Desa.
“Jangan dianggap kompetisi di desa hanya kompetisi remeh temeh, tapi ada pendidikan sepak bola yang hatus memberikan pengetahuan khusus di tengah para tim/club di desa juga pemuda dan masyarakat,” tegas Faidin.
Sebab, di balik satu keputusan keliru, ada pemain yang cedera, ada tim yang dirugikan, dan ada kepercayaan publik yang retak terhadap wasit berlisensi yang seharusnya menjadi teladan.
PETISI
ONE PEACE FOOTBALL CLUB
Alamat: Blok N, RT/RW 015/005, Nangahale, Talibura, Sikka
Email: onepeacefc.sikka@gmail.com
Telp: 0853-1753-1207
SURAT PETISI KEADILAN PERTANDINGAN
Nomor: 01/OPFC/X/2025
Perihal: Evaluasi dan Peninjauan Keputusan Wasit dalam Laga Semi Final Turnamen Mini Soccer Nangahale Cup 2025
Dengan hormat,
Sehubungan dengan pertandingan Semi Final Turnamen Mini Soccer Nangahale Cup 2025 antara One Peace FC melawan Sembur Paus 1 FC yang berlangsung pada Selasa, 14 Oktober 2025 di Lapangan Marannu Desa Nangahale, bersama ini kami, manajemen dan official One Peace FC, menyampaikan surat protes resmi terhadap kinerja dan keputusan wasit J yang kami nilai merugikan dan tidak mencerminkan prinsip fair play serta profesionalitas perangkat pertandingan.
Adapun poin-poin keberatan kami adalah sebagai berikut:
- Gol sah yang dianulir secara tidak professional
a. Gol pertama One Peace FC yang dicetak oleh Miranto telah jelas melewati garis gawang dan bahkan terekam dalam video penonton.
b. Namun, keputusan wasit memicu protes keras dari official tim lawan yang melakukan tindakan agresif (membanting banner dan berteriak di pinggir lapangan).
c. Wasit tidak memberikan sanksi sesuai FIFA Law 12 (Disciplinary Action), padahal tindakan tersebut seharusnya berbuah kartu kuning atau merah bagi official yang bersangkutan.
- Gol kontroversial ke gawang One Peace FC akibat pelanggaran terhadap kiper
a. Pada menit berikutnya, pemain Sembur Paus 1 FC menyikut kiper One Peace FC (Iwan) yang telah menguasai bola dengan kedua tangan.
b. Bola kemudian terlepas dan masuk ke gawang, namun wasit tetap mengesahkan gol tersebut tanpa mempertimbangkan pelanggaran terhadap penjaga gawang, sebagaimana diatur dalam FIFA Law 12 (Foul on Goalkeeper).
c. Akibat benturan tersebut, kiper kami mengalami cedera pada bagian pinggang dan pergelangan tangan.
- Tindakan tidak adil terhadap official One Peace FC
a. Ketika official kami (Yadri) mencoba menyampaikan keberatan secara sopan di pinggir lapangan, wasit justru memberikan kartu merah, tanpa ada alasan yang jelas.
b. Sebaliknya, official tim lawan yang bertindak agresif dan tidak sopan tidak diberikan hukuman apa pun.
c. Hal ini menunjukkan inkonsistensi dan keberpihakan dalam penerapan disiplin di lapangan.
- Pengakuan wasit yang tidak profesional
a. Saat dimintai klarifikasi oleh kapten tim kami (Fachrudin), wasit J menyatakan: “Saya juga tidak lihat, wasit juga tidak luput dari kesalahan.”
b. Pernyataan ini memperlihatkan bahwa keputusan penting diambil tanpa pengamatan langsung, yang secara etika dan aturan tidak dapat dibenarkan bagi seorang wasit berlisensi.
- Tidak adanya penghentian permainan saat pemain cedera
a. Berdasarkan FIFA Law 5 (Protection of Injured Players), wasit wajib menghentikan permainan saat pemain mengalami cedera serius.
b. Dalam kasus ini, pertandingan tetap dilanjutkan meski kiper dalam kondisi kesakitan dan membutuhkan perawatan medis.
Berdasarkan poin-poin tersebut, kami menilai bahwa:
- Keputusan wasit telah mencederai nilai-nilai sportivitas dan keadilan, serta berdampak langsung terhadap hasil dan jalannya pertandingan.
- Kejadian ini berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap integritas turnamen Nangahale Cup sebagai ajang pembinaan olahraga di tingkat desa.
Untuk itu, kami memohon kepada Panitia Turnamen dan Asosiasi Perangkat Pertandingan Desa Nangahale untuk:
- Melakukan evaluasi dan klarifikasi resmi terhadap kinerja wasit.
- Memberikan sanksi atau pembinaan terhadap perangkat pertandingan yang lalai dalam menjalankan tugasnya.
- Menjamin agar insiden serupa tidak terulang di pertandingan-pertandingan selanjutnya.
- Memberikan perlindungan dan kepastian keadilan bagi seluruh tim peserta, termasuk One Peace FC.
- Menunda atau tidak melanjutkan jadwal pertandingan berikutnya yang melibatkan Tim One Peace FC VS Tim Sembur Paus 1 FC sebelum adanya keputusan resmi hasil evaluasi dari panitia dan perangkat pertandingan, sebagai bentuk penghormatan terhadap prinsip keadilan dan transparansi.
Demikian surat protes ini kami sampaikan dengan harapan besar akan adanya tindakan tegas, transparan, dan adil dari pihak panitia. Atas perhatian dan tanggapannya, kami ucapkan terima kasih.
Nangahale, 15 Oktober 2025
Hormat kami, tanda tangan
Kapten Tim One Peace FC, Fachrudin
Manajer/Official Tim One Peace FC, Faidin
Tembusan:
- Ketua Asosiasi Wasit Sepak Bola Desa Nangahale
- Manajer/Official Tim Sembur Paus 1
- Arsip