Sunggal, Bonarinews.com — Banjir di Sunggal sudah surut. Rumah mulai dibersihkan. Jalan kembali ramai. Namun tidak semua luka ikut hilang bersama air. Banyak warga masih menyimpan rasa takut. Anak-anak mudah terkejut. Orang dewasa masih cemas setiap hujan turun. Itulah yang membuat kegiatan trauma healing di Masjid Al-Hafiz terasa begitu penting.
Sabtu pagi, tim psikologi dan tenaga medis Polri datang dengan misi sederhana: membantu warga pulih. Mereka tidak hanya membawa keahlian, tetapi juga empati. Mereka menyapa warga satu per satu. Mereka mendengarkan cerita yang selama ini disimpan dalam diam.
Brigjen Pol Dr. Sumy Hastry Purwanti menjelaskan bahwa pemulihan pascabencana bukan hanya soal fisik. Trauma bisa bertahan lama jika tidak ditangani. Polri ingin memastikan warga kembali merasa aman, percaya diri, dan tidak tenggelam dalam ketakutan setiap kali mengingat banjir.
Pendekatan yang diberikan tidak kaku. Suasananya hangat dan menyenangkan. Anak-anak diajak bermain, menggambar, dan mengikuti lomba kecil. Suara tawa pelan-pelan kembali terdengar. Ada anak yang awalnya hanya duduk diam, lalu mulai tersenyum ketika melihat teman-temannya berlari. Momen sederhana, tetapi berarti besar.
Kombes Pol Dr. Horas Marasi Silaen menegaskan bahwa trauma healing tidak hanya berupa konseling. Aktivitas kreatif juga bisa membangun rasa aman. Ketika anak-anak berinteraksi, rasa takut perlahan luntur. Ketika orang tua bisa bercerita tanpa ditekan emosi, beban di dada terasa lebih ringan. Polri memastikan pendampingan ini tidak berhenti hari itu saja.
Selain dukungan psikologis, bantuan berupa makanan, perlengkapan anak, dan logistik lain juga dibagikan. Ini membuat warga semakin merasa diperhatikan. Kehadiran Polri bukan hanya sebagai petugas, tetapi sebagai pihak yang benar-benar peduli.
Sepanjang kegiatan, suasananya hangat. Ada edukasi emosional. Ada pembinaan mental ringan. Ada konsultasi singkat bagi orang tua yang butuh penanganan lanjutan. Semuanya dilakukan dengan cara yang sederhana dan bersahabat.
Saat acara berakhir, suasananya haru. Banyak yang tersenyum. Ada orang tua yang akhirnya berani menghela napas lega. Anak-anak pulang dengan wajah ceria. Semua itu menjadi tanda bahwa proses pemulihan sudah dimulai.
Banjir memang telah lewat. Tapi pemulihan emosional tidak bisa dipaksakan. Ia tumbuh pelan-pelan. Melalui pendampingan seperti ini, warga Sunggal kembali menemukan harapan. Polri berkomitmen untuk terus hadir, bukan hanya saat bencana datang, tetapi juga saat masyarakat bangkit kembali.
Dari tawa anak-anak hingga syukur orang tua, semuanya menunjukkan satu hal: Sunggal sedang pulih. Perlahan, tapi pasti. (Redaksi)