Rakyat Belajar Mandiri, Jangan Mengeluh kepada Wakil Rakyat

Bagikan Artikel

BELAKANGAN ini, banyak orang geram melihat wakil rakyat yang sibuk menumpuk harta untuk dirinya sendiri, sementara rakyat yang diwakili masih hidup susah. Kekayaan pada dasarnya bukanlah sesuatu yang buruk. Justru menjadi kaya bisa jadi cita-cita mulia, asalkan diraih dengan cara yang benar, bukan dengan merampas, menipu, atau memanfaatkan jabatan.

Kita tidak perlu iri pada para pejabat yang menyelewengkan wewenang. Sebaliknya, kita harus punya tekad untuk berusaha sendiri agar bisa hidup lebih baik. Cinta kepada diri sendiri dan orang terdekat juga berarti berjuang agar tidak selamanya miskin. Memang kita tidak bisa memilih lahir dari keluarga kaya atau miskin, tetapi kita bisa memilih untuk berusaha menjadi kaya.

Hidup ini penuh pilihan, dan kenyataannya, hanya dengan kecukupan harta seseorang bisa menjalani hidup dengan lebih layak. Hidup pas-pasan bukanlah pilihan, melainkan keterpaksaan. Wallace D Wattles dalam bukunya Getting Rich menyebut tiga tujuan hidup manusia: tubuh yang sehat, pikiran yang baik, dan jiwa yang tenang. Semua itu tidak bisa dicapai kalau kita membiarkan salah satunya terabaikan.

Kebahagiaan tertinggi datang saat kita mampu memberi yang terbaik kepada orang-orang yang kita cintai. Memberi adalah wujud cinta, dan orang yang tidak punya apa pun untuk diberikan akan kesulitan menjalankan perannya sebagai orang tua, warga, bahkan sebagai manusia. Sayangnya, wakil rakyat kita lebih sering lupa memberi. Mereka tidak benar-benar mencintai rakyatnya.

Pertanyaan yang wajar muncul: mengapa kita masih miskin padahal negeri ini kaya sumber daya? Jawabannya sederhana, karena para wakil rakyat lebih sibuk memperkaya diri daripada memperjuangkan kesejahteraan kita.

Itulah sebabnya, kita tidak boleh pasrah atau terus-menerus berharap belas kasihan pejabat. Lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah. Agama pun tidak pernah melarang kita untuk kaya, yang dilarang adalah malas dan hanya menunggu uluran tangan.

Menjadi kaya butuh proses, dan proses itu tidak boleh dicemari keluhan. Mengeluh hanya menguras energi tanpa hasil. Berhentilah mengeluh, mulailah belajar, mencoba, gagal, lalu bangkit lagi sampai berhasil. Jangan menggantungkan nasib pada orang lain. Hidup harus berdiri di atas kaki sendiri. Jika hidup hanya bertumpu pada orang lain, kita akan goyah ketika mereka pergi.

Hidup adalah kompetisi. Kalau mau membantu orang lain, jangan hanya memberi ikan, tetapi berikan kail agar mereka bisa mandiri. Dengan begitu, jerat kemiskinan bisa diputus, dan kita bisa benar-benar bebas.

Tulisan ini adalah ajakan sederhana: jangan lagi menunggu belas kasih wakil rakyat, jangan pula larut dalam keluhan. Mari berdiri tegak, berusaha, dan jadi kaya dengan cara yang benar. Karena hanya dengan itulah kita bisa lebih leluasa menggerakkan hidup, mencintai diri sendiri, dan mencintai orang-orang yang kita sayangi.

Devilaria Damanik, penulis bercita-cita menjadi kaya agar lebih bebas bergerak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *