Oleh Devilaria Damanik
Mendidik anak-anak di pedalaman membawa saya ke petualangan-petualangan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Selama perjalanan ini, saya menyadari betapa kayanya Indonesia, tidak hanya dari hasil alamnya yang melimpah, tetapi juga dari cara unik masyarakat pesisir dalam memperoleh makanan dari laut.
Salah satu cara menangkap ikan yang cukup unik di Jara-jara, Halmahera Timur, tempat saya saat ini bertugas adalah “bahela tali”. Metode ini melibatkan penggunaan tali hutan yang diikat panjang dan dibuat melingkar. Tali tersebut digoyang-goyangkan hingga air perlahan surut, dari sedada orang dewasa hingga hanya setinggi lutut. Setelah air mulai surut, batu-batuan disusun mengikuti lingkaran tali, kemudian tali digulung sehingga membentuk lingkaran batu.
Di dalam lingkaran tersebut, masyarakat melemparkan akar yang disebut “bori”. Bori ini mengeluarkan getah putih yang membuat ikan di dalam lingkaran menjadi lemas atau bahkan mati. Akar bori dapat diambil dari kebun-kebun masyarakat dan merupakan tanaman liar yang tumbuh sendiri. Begitu ikan-ikan terlihat lemas, masyarakat masuk ke dalam lingkaran batu dan menangkap ikan dengan tanggok. Istilah “siapa cepat dia dapat” benar-benar berlaku di sini, karena siapa yang cepat bisa mendapatkan banyak ikan.
Bahela tali dilakukan hanya saat air laut surut, biasanya pada bulan Mei, sehingga tidak bisa dilakukan setiap saat seperti memancing atau menjala. Bahela tali hanya bisa dilakukan setahun sekali ketika air laut benar-benar surut, tetapi jika dalam satu bulan air surut, masyarakat bisa melakukan bahela setiap hari dalam bulan tersebut.
Selain bahela tali, ada juga cara unik lain untuk mendapatkan makanan dari laut, yaitu “bapalo laor”. Bapalo laor adalah cara menangkap cacing laut yang keluar dari batu-batuan di laut pada malam hari. Laor hanya muncul pada malam hari dan akan menghilang saat matahari terbit. Masyarakat berbondong-bondong mencarinya dari malam hingga dini hari, karena saat matahari muncul, laor mencair menjadi buih-buih dan hilang.
Pada malam hari, hampir semua perahu dan sampan di Jara-jara terapung di atas laut untuk menangkap laor. Periode waktunya lebih singkat daripada bahela tali, hanya dari malam hingga dini hari, dan laor hanya muncul setahun sekali. Laor menjadi salah satu makanan favorit masyarakat setempat.
Baik bahela tali maupun bapalo laor adalah pengalaman yang tidak saya lewatkan. Meskipun kegiatan di laut ini sangat menguras tenaga, dorongan untuk terus belajar hal-hal baru tak terelakkan. Semoga di mana pun kita berada, selalu ada hal-hal baru yang bisa kita pelajari, ambil, dan bagikan. Karena setiap hari adalah anugerah, mari kita rayakan. (#)