Peran Penting Literasi Kebangsaan dalam Pendidikan Inklusif

Bagikan Artikel

JAKARTA – BONARINEWS.COM– Diskusi terakhir dalam rangkaian Bulan Aksi Education for All April-Mei 2024 menyoroti pentingnya literasi kebangsaan dalam pendidikan inklusif.

Dalam forum tersebut, Brigjen (Purn) Irwan Amrun, seorang tokoh pendukung Suluh Keluarga, yang dikenal aktif dalam menggelar Kultur Parenting, menjadi pusat perhatian.

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Pendidikan Insan Bestari melalui jaringan zoom dan live streaming di youtube serta tiktok, Irwan Amrun menyoroti betapa pentingnya memperkokoh wawasan kebangsaan di tengah arus perkembangan media yang begitu pesat.

“Makanan siap saji, film, fantasi, fashion, dan fun yang berkembang saat ini menjadi media yang ampuh dalam membentuk karakter anak bangsa. Sayangnya, produk-produk kreatif kita, seperti film masih belum mengarah pada ketahanan nasional,” ujar Irwan, Rabu (1/5).

Ia menyoroti hasil pengukuran Lemhanas pada 2012 yang menunjukkan bahwa indeks ketahanan nasional Indonesia cukup tangguh, namun masih terdapat kerentanan yang perlu diperhatikan, terutama di beberapa daerah tertentu.

Dalam upaya memperkuat identitas nasional, Irwan menyampaikan pentingnya memiliki “The Big Three Adversary Mental Profile for NKRI”: ketangguhan, ketahanan, dan fleksibilitas dalam menyelesaikan masalah. Namun, ia juga menyoroti rendahnya “daya lenting” atau resilience atlit Indonesia menurut hasil pengukuran AMP.

Selain itu, Irwan Amrun juga mengupas tentang faktor bawaan dan pengaruh lingkungan dalam membentuk kepribadian seseorang. Ia menekankan perlunya penanaman nilai-nilai Pancasila serta mengkritisi kurangnya kesadaran akan identitas nasional dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat.

Dalam mengakhiri diskusi, Irwan Amrun menyampaikan inovasi terbarunya dalam mengembangkan AMP bersama Tety Kadi dan Prof. Eko Indrajit menjadi Trampolin. Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi trauma politik dan memperkuat mental masyarakat.

Selanjutnya, Yanti Kerlip, sebagai moderator diskusi, menyatakan dukungan terhadap inisiatif tersebut dan mengungkapkan pentingnya pengasuhan berbasis hak anak dalam membangun kesadaran bangsa tentang literasi kebangsaan.

Diskusi ini tidak hanya menjadi ruang untuk menyuarakan pemikiran dan solusi, tetapi juga menjadi titik awal bagi gerakan yang lebih luas dalam membangun identitas nasional yang kuat dan inklusif.

Dengan semangat kolaborasi dan kesadaran akan pentingnya literasi kebangsaan, diharapkan Indonesia dapat terus maju sebagai bangsa yang berdaulat dan berkepribadian tangguh. (BN-01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *