Bonarinews.com – Kabar krisis politik dan kemanusiaan di Nepal kembali mengguncang dunia. Negara kecil di kaki Himalaya itu kini terjebak dalam pusaran konflik internal yang berujung pada instabilitas, lumpuhnya layanan publik, dan penderitaan rakyat.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi perdamaian dan demokrasi, Indonesia tidak bisa menutup mata terhadap tragedi yang menimpa salah satu sesama negara di kawasan Asia.
Pertama, krisis Nepal mengingatkan kita bahwa demokrasi rapuh bila hanya berhenti pada formalitas, tanpa ditopang oleh kepercayaan publik, tata kelola yang bersih, dan komitmen elit politik. Di sana, kegagalan membangun konsensus berujung pada kekacauan yang merembet ke segala sektor kehidupan rakyat.
Inilah alarm keras bagi Indonesia: demokrasi kita harus terus dijaga dengan memperkuat institusi, menegakkan hukum, dan memastikan para pemimpin menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya.
Kedua, tragedi Nepal membuka ruang bagi Indonesia untuk menunjukkan peran sebagai promotor perdamaian dunia, sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi. Indonesia memiliki modal besar: pengalaman panjang dalam menjaga keberagaman, rekam jejak diplomasi di ASEAN, hingga kontribusi dalam misi perdamaian PBB.
Dalam konteks Nepal, Indonesia dapat berperan mendorong forum internasional untuk memastikan solusi damai, sekaligus menawarkan jalur mediasi bila diperlukan.
Namun, lebih dari sekadar diplomasi, krisis Nepal adalah cermin bagi kita sendiri. Apakah Indonesia sungguh-sungguh menjaga demokrasi? Apakah konflik elit tidak sedang kita pelihara di dalam negeri? Apakah kepentingan rakyat benar-benar menjadi prioritas? Nepal menunjukkan bahwa ketika politik kehilangan orientasi moral, rakyatlah yang pertama menjadi korban.
Akhirnya, krisis Nepal harus disikapi bukan hanya sebagai tragedi negeri jauh di Himalaya, melainkan juga sebagai peringatan sekaligus panggilan solidaritas. Dunia menaruh harapan besar agar Nepal segera menemukan jalan damai. Dan Indonesia—dengan posisinya sebagai salah satu demokrasi terbesar di Asia—memiliki tanggung jawab moral untuk ikut memastikan harapan itu tidak tinggal angan-angan.
Perdamaian tidak pernah datang dengan sendirinya. Ia lahir dari kesadaran, keberanian, dan komitmen kolektif untuk menempatkan kemanusiaan di atas kepentingan politik. Dari Nepal, kita belajar bahwa menjaga demokrasi adalah pekerjaan tanpa henti. Dari Nepal pula, kita dipanggil untuk tidak pernah abai pada penderitaan bangsa lain.