Tapanuli Tengah, Bonarinews.com –Malam Natal di Hutanabolon tak dirayakan dengan lonceng gereja atau bangku kayu yang rapi. Di Posko Pengungsian Simpang Sipange, Rabu malam, 24 Desember 2025, para pengungsi korban banjir dan longsor berkumpul dalam kesederhanaan. Mereka merayakan Natal di tengah tenda darurat, ditemani cahaya lampu seadanya dan harapan untuk hari esok.
Perayaan Natal itu difasilitasi Polres Tapanuli Tengah. Kehadiran aparat kepolisian bukan untuk berjaga semata, melainkan memastikan para pengungsi tetap dapat menjalankan ibadah di tengah situasi darurat. Ibadah dipimpin Vikaris Jenderal Keuskupan Sibolga, Romo Ignatius Purwo, OSC.
Sejak pukul 20.00 WIB, suasana posko berubah menjadi ruang doa. Para pengungsi duduk berdampingan dengan personel Polres Tapanuli Tengah yang beragama Katolik, para suster dari Kongregasi OSF dan OP, serta umat Katolik dari Stasi Santo Andreas Hutanabolon dan Stasi Siantar Gunung Tukka. Ibadah berlangsung hening, tanpa kemewahan, namun penuh makna.
Kapolres Tapanuli Tengah AKBP Wahyu Endrajaya mengatakan, fasilitasi Natal di posko pengungsian merupakan bagian dari tanggung jawab kemanusiaan Polri. Menurut dia, korban bencana tidak boleh kehilangan ruang untuk beribadah, meski hidup sementara di pengungsian.
“Kami ingin memastikan mereka tetap bisa merayakan Natal dengan tenang dan khusyuk. Kehadiran Polri di sini bukan hanya soal keamanan, tetapi juga empati,” ujar Wahyu.
Ia menambahkan, pengamanan dan pendampingan di posko pengungsian dilakukan bersamaan dengan upaya penguatan moril bagi warga terdampak bencana. Dalam kondisi kehilangan dan ketidakpastian, dukungan psikologis dinilai sama pentingnya dengan bantuan logistik.
Sejumlah pejabat Polres Tapanuli Tengah turut mengikuti perayaan tersebut. Mereka berada di tengah jemaat, tanpa jarak, mengikuti seluruh rangkaian ibadah hingga selesai sekitar pukul 21.30 WIB. Kegiatan berlangsung tertib dan aman.
Polres Tapanuli Tengah memastikan perayaan Natal bagi para pengungsi di Hutanabolon akan kembali dilaksanakan pada Kamis pagi, 25 Desember 2025. Upaya ini diharapkan memberi ruang berkelanjutan bagi warga untuk merayakan Natal, sekaligus menguatkan semangat mereka dalam menghadapi masa pemulihan pascabencana.
Malam itu, Natal hadir bukan dalam kemeriahan, melainkan dalam kebersamaan. Di posko pengungsian Hutanabolon, doa dan pengharapan tumbuh di antara puing-puing bencana. (Redaksi)