Muhidin Al Fatah, Dari Nangahale untuk PERSAMI Maumere: Jejak Tiga Generasi Bola yang Menjawab Panggilan Nian Tana

Bagikan Artikel

Bonarinews.com, SIKKA — Di antara deretan nama pemain muda yang memperkuat PERSAMI Maumere menuju Liga 4 Zona NTT ETMC XXXIV 2025, ada satu nama yang kini banyak diperbincangkan: Muhidin Al Fatah, pemain belakang asal Nangahale, Kecamatan Talibura.

Bagi sebagian pecinta sepak bola Nian Tana, namanya mungkin baru terdengar. Namun, di kalangan pelatih dan pemain lokal, kisah Muhidin adalah tentang warisan darah sepak bola — tentang ayah yang pernah bersinar di masa lalu, dua bersaudara yang tumbuh di lapangan berdebu, dan kini menapaki panggung yang sama demi kebanggaan tanah kelahiran.

Akar dari Keluarga Bola

Muhidin lahir di Nangahale, 17 Februari 2003, dari pasangan Mustafa Abdullah dan Siti Samia Taher. Ia anak keempat dari lima bersaudara: Ema Rika, Fachrudin, Muhidin, Nadila, dan Nur Hadia.

Sang ayah, Mustafa Abdullah, atau yang akrab disapa Mustafa, adalah sosok yang berperan besar dalam perjalanan kariernya.

Lahir di Flores Timur, Mustafa dikenal sebagai salah satu pemain sepak bola berbakat pada masanya. Ia sempat memperkuat klub-klub ternama di Flores Timur dan menjadi bintang lapangan di eranya.

Ketika kemudian menetap di Nangahale, darah olahraganya tak pernah surut. Di desa itu, Mustafa bergabung dengan Harimau Basah FC, klub legendaris dan ternama dari wilayah timur Kabupaten Sikka yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pemain terbaik dari pesisir utara.

Bersama Harimau Basah FC, Mustafa menjadi motor permainan dan sosok sentral yang disegani.

Bahkan, pada masa keemasannya, ia sempat dilirik oleh PERSAMI Maumere — klub kebanggaan Sikka yang kini justru diperkuat oleh anaknya sendiri.

“Mustafa dulu salah satu pemain paling disegani di wilayah timur Sikka. Dia punya karakter keras, cepat, dan cerdas membaca permainan,” tutur seorang tokoh sepak bola lokal di Nangahale rekan se timnya.

Kini, meski sang ayah tak lagi aktif bermain, semangatnya seolah menitis dalam diri kedua anak laki-lakinya, Fachrudin dan Muhidin, yang sama-sama mewarisi darah bola itu.

Dua Bersaudara, Satu Napas Sepak Bola

Seperti ayahnya, Fachrudin, sang abang, juga dikenal sebagai pemain sepak bola lokal yang berbakat. Ia lebih dulu menapaki lapangan hijau dan menjadi inspirasi bagi adiknya.

Berawal dari Jangkar FC Nangahale tim besutan sang Almarhum pamannya yaitu Al Fatah, klub kampung yang menjadi tempat banyak pemain muda meniti karier, Fachrudin dan Muhidin sering turun bersama dalam turnamen-turnamen lokal.

Fachrudin juga sempat memperkuat sejumlah tim di tingkat kabupaten, bahkan dipercaya bermain untuk beberapa klub luar daerah di Flores dan Lembata. Keduanya kini menetap di club yang kini lagi naik daun meski masi seumur jagung yaitu Saloka Fc tim besutan Firman Baco yang juga merupakan Warga Nangahale.

“Mereka berdua sama-sama gila bola,” kata seorang warga setempat sambil tersenyum.”

Gaya bermain mereka serupa — disiplin, keras, dan tak kenal kompromi di lapangan.

Fachrudin menjadi figur yang memacu semangat Muhidin untuk berjuang lebih jauh, sementara sang ayah menjadi sumber inspirasi abadi tentang cinta terhadap permainan dan tanah kelahiran.

Langkah Awal Muhidin: Dari Jangkar FC ke Saloka FC

Muhidin memulai kariernya di Jangkar FC Nangahale, berbeda dengan sang ayah berkiprah. Dari tahun 2016 hingga 2025, ia tampil di berbagai kompetisi tarkam di Flores, Lembata, dan Sulawesi.

Selain Jangkar FC, ia juga pernah memperkuat Agotugu FC, Lomblen United, Tawon FC Waiwerang, Nanganambo FC Ndori, Ikhlas Lewotobi, hingga PSN Nangahure.

Perjalanan kariernya menanjak ketika bergabung dengan Saloka FC, salah satu dari klub terbaik di Maumere yang dikenal disiplin dalam membina pemain muda.

Debutnya di Danlanal Cup I langsung mencuri perhatian. Bermain sebagai bek tengah, ia tampil tenang dan tangguh, membawa Saloka FC meraih Juara II.

Performa itu berlanjut di Laiskodat Cup di Pulau Semau, di mana Saloka FC finis di posisi ketiga. Dari sanalah banyak pihak mulai mengenal nama Muhidin Al Fatah.

Kembali Bangkit Lewat Disiplin

Namun, perjalanan menuju PERSAMI tak selalu mulus. Manajer Saloka FC, Firman Baco, mengakui bahwa Muhidin pernah dicoret dari tim Saloka Fc karena persoalan disiplin yang terbentur dengan tanggung jawabnya sebagai seorang anak yang harus memperhatikan kehiduoan keluarga kecilnya.

“Dia pernah kami keluarkan dari skuad karena tidak disiplin. Tapi yang luar biasa, dia kembali. Dia datang lagi dengan tekad baru dan membuktikan lewat kerja keras,” ungkap Firman Baco, sang Manager yang kini mendobrak bakat dann talenta pemuda Sikka hingga menerobos ke kampus-kampus mencari bibit atlet.

Muhidin menjadikan kegagalan itu sebagai bahan bakar. Ia memperbaiki sikap dan latihan dengan tekun. Hasilnya, ketika seleksi PERSAMI Maumere dibuka, ia menjadi salah satu pemain paling siap secara fisik dan mental.

Kini, ia resmi menjadi bagian dari skuad PERSAMI bersama dua rekan satu klubnya di Saloka FC — Hajrat dan Andri. Hajrat merupakan warga Tanah Duang, sementara Andri berasal dari Nangahale sekampung dengan Muhidin.

Ujian dan Tekad Tak Tergoyahkan

Dalam proses seleksi, Muhidin sempat mengalami cedera. Namun, tekadnya tak surut. “Perjalanan ini tidak mudah, tapi saya percaya badai pasti berlalu,” katanya pelan.

Saat itu, Saloka FC masih berlaga di Laiskodat Cup tanpa dirinya. Tapi, ia memilih untuk tetap fokus dalam masa pemulihan, memulihkan diri dan menjawab panggilan Nian Tana: memperkuat PERSAMI di ajang besar.

Keputusan itu menandai kedewasaannya. Ia menolak godaan bermain di turnamen lain, karena baginya, membela daerah sendiri jauh lebih bermakna.

Dukungan dari Guru dan Kampung Halaman

Kabar keberhasilan Muhidin juga sampai ke telinga Sunarwin, mantan gurunya di SMA Negeri 1 Talibura yang merupakan pengamat dan pemandu sepak bola lokal meski kini menjadi Kepala Sekolah di SMA Negeri Pemana.

“Saya kenal Muhidin sebagai anak yang tekun. Mungkin tidak menonjol di kelas, tapi semangatnya luar biasa. Sekarang saya bangga melihat dia bisa menjadi bagian dari PERSAMI. Ini bukti anak kampung juga bisa bersaing,” ujarnya.

Jejak Ayah yang Kini Diteruskan Anak

Kini, sang ayah Mustafa Abdullah setidaknya akan menyaksikan dari layar TV atau androidnya di luar negeri yaitu Malaysia tanah perantauan tentang bagaimana anaknya mengenakan seragam klub yang dulu pernah mendekatinya. Sebuah lingkaran sejarah yang seolah lengkap.

“Mustafa dulu sempat hampir main untuk PERSAMI. Sekarang anaknya benar-benar memakai lambang itu di dada,” tutur Firman Baco dengan mata berbinar.

Dari Harimau Basah FC hingga Jangkar FC lalu Saloka Fc, dari lapangan pesisir Nangahale hingga Stadion Samador, kisah keluarga ini mengalir sebagai satu kesatuan cerita tentang dedikasi dan cinta pada sepak bola.

Harapan Baru untuk PERSAMI Maumere

Muhidin kini menjadi simbol dari kerja keras, ketekunan, dan disiplin. Dari keluarga sederhana di pesisir timur Sikka, ia membuktikan bahwa mimpi besar bisa tumbuh di tanah kecil.

Perjuangan ayahnya yang dulu sempat tertunda kini diteruskan olehnya — bukan untuk popularitas, tapi demi Nian Tana Maumere.

Selamat berjuang, Muhidin Al Fatah.
Langit Sikka menyaksikan langkahmu.

Penulis : Faidin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *