Menggali Potensi Minyak Larva BSF dalam Industri Kosmetik

Bagikan Artikel

Industri kosmetik selalu mencari bahan baku inovatif yang tidak hanya efektif tetapi juga berkelanjutan. Salah satu penemuan menarik dalam bidang ini adalah penggunaan minyak dari Maggot (larva) Black Soldier Fly (BSF), atau lalat tentara hitam, yang selama ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Penelitian internasional telah menunjukkan bahwa minyak maggot memiliki sifat antimikroba dan emolien yang menjadikannya ideal sebagai bahan baku kosmetik dan obat. Melihat potensi ini, dosen-dosen dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) telah mengeksplorasi metode pembuatan minyak maggot yang bisa digunakan dalam produk kosmetik.

Proses Pembuatan Minyak Maggot BSF

Situs itera.ac.id menulis: Dosen Prodi Rekayasa Kosmetik ITERA, Dr. Achmad Gus Fahmi, menjelaskan bahwa minyak maggot BSF dapat diekstraksi melalui proses kimia maupun fisika. Proses ini dimulai dengan mengeringkan dan membersihkan larva BSF dari segala pengotor. Larva kemudian dioven pada suhu 60°C selama 24 hingga 48 jam. Setelah kering, larva dihaluskan hingga menjadi tepung.

Ekstraksi Kimia

Ekstraksi kimia dilakukan menggunakan metode Soxhlet dengan pelarut hexane. Dalam proses ini, 150 gram tepung larva BSF dibungkus dengan kertas saring dan ditempatkan dalam alat Soxhlet. Selanjutnya, 1.5 liter pelarut hexane ditambahkan hingga sampel terendam. Ekstraksi berlangsung pada titik didih selama 6 jam, menghasilkan residu dengan kandungan lipid rendah. Untuk memisahkan pelarut dari minyak, sampel kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator.

Ekstraksi Fisika

Proses fisika, di sisi lain, melibatkan pemerasan tepung larva BSF menggunakan mesin press minyak. Metode ini sederhana dan efektif, menghasilkan minyak maggot yang siap digunakan dalam formulasi kosmetik.

Manfaat Minyak Maggot dalam Kosmetik

Lemak dan minyak, termasuk minyak maggot, umumnya digunakan dalam kosmetik sebagai komponen utama krim perawatan kulit. Minyak ini mengandung trigliserida yang berfungsi sebagai emolien, yang melembutkan dan melembabkan kulit.

Suryaneta, Ph.D, dosen ITERA lainnya, menambahkan bahwa lemak dari larva BSF akan dievaluasi dalam formulasi krim tangan. Ini dilakukan sebagai bukti konsep untuk menunjukkan potensi BSF sebagai sumber bahan perawatan kesehatan dan kecantikan.

Potensi Pengembangan dan Manfaat Lingkungan

Indonesia, sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, menghasilkan 45,5 juta ton minyak sawit per tahun dengan luas perkebunan kelapa sawit mencapai 16,8 juta hektar. Limbah sawit, yang sering menjadi masalah lingkungan, dapat diatasi dengan menggunakan larva BSF untuk mengurainya. Larva ini mampu mengonsumsi sampah organik hingga tujuh kali berat tubuhnya dalam sehari, menjadikannya solusi efektif untuk pengolahan limbah organik.

Dengan memanfaatkan larva BSF, PT Hermetia Bio Sejahtera di Kabupaten Asahan berhasil mengolah sekitar dua ton limbah sawit per hari. Proses ini tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga menghasilkan produk bernilai tinggi seperti minyak maggot yang dapat digunakan dalam industri kosmetik. Selain itu, residu dari pengolahan ini tetap berguna sebagai kompos.

Kesimpulan

Penggunaan minyak larva BSF dalam industri kosmetik menawarkan berbagai manfaat, mulai dari sifat antimikroba dan emoliennya hingga kontribusinya dalam pengelolaan limbah organik. Dengan metode ekstraksi kimia dan fisika yang dikembangkan oleh dosen-dosen ITERA, potensi minyak maggot sebagai bahan baku kosmetik semakin terbuka lebar. Inovasi ini tidak hanya berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi peternak maggot dan industri kosmetik di Indonesia. (Dedy Hutajulu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *