Menakar Masa Depan Olahraga Indonesia di Tangan Erick Thohir

Bagikan Artikel

Bonarinews.com – Perombakan kabinet membawa kabar mengejutkan. Erick Thohir resmi dicopot dari jabatan Menteri BUMN dan kini diangkat menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Publik pun langsung bertanya: bagaimana masa depan olahraga Indonesia? Dan bagaimana nasib PSSI yang harus ditinggalkan Erick?

Sebagai Menpora, Erick memikul harapan besar. Dunia olahraga Indonesia terlalu lama berjalan dengan pola tambal sulam: minim pembinaan usia muda, dana yang sering tidak tepat sasaran, dan prestasi yang naik-turun tanpa arah jangka panjang. Erick dikenal sebagai manajer yang berani mengambil keputusan keras. Pengalaman membenahi BUMN dan memimpin PSSI membuktikan bahwa ia mampu menata organisasi yang kompleks. Kini publik menunggu apakah gaya kepemimpinan itu bisa diterapkan untuk membangun sistem olahraga yang lebih profesional dan transparan.

Namun di sisi lain, kursi Erick di PSSI juga menyisakan tanda tanya besar. Selama hampir dua tahun terakhir, ia berhasil mengangkat citra sepakbola Indonesia yang sempat terpuruk. Di bawah kepemimpinannya, Timnas Senior masih berkiprah di kualifikasi Piala Dunia, dan kepercayaan publik mulai pulih. Kini, aturan rangkap jabatan memaksanya mundur. Pertanyaannya: siapa yang bisa melanjutkan reformasi PSSI? Apakah penggantinya mampu menjaga momentum? Jangan sampai PSSI kembali ke era lama, penuh konflik kepentingan dan kepentingan sempit segelintir elite.

Transisi ini bisa jadi ujian besar bagi olahraga Indonesia. Di satu sisi, Erick punya panggung lebih luas sebagai Menpora untuk membenahi seluruh cabang olahraga. Di sisi lain, PSSI kehilangan figur yang mampu menjadi jembatan antara pemerintah, klub, dan publik. Risiko stagnasi, bahkan kemunduran, sangat nyata jika proses pergantian tidak dilakukan dengan bijak.

Harapan publik sederhana: olahraga Indonesia jangan bergantung pada satu orang. Sistem yang sehat, tata kelola yang profesional, dan pembinaan berkelanjutan harus jadi prioritas. Erick di Menpora harus memimpin perbaikan sistemik, bukan sekadar mengejar prestasi instan. Sementara PSSI harus berani melanjutkan reformasi meski tanpa sosok besar di puncak.

Erick Thohir boleh berpindah arena, tapi masa depan olahraga Indonesia tetap bergantung pada pilihan kita: apakah membangun sistem yang kokoh, atau kembali terjebak pada pola lama yang rapuh. Publik menunggu jawaban. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Hello 👋
Can we help you?