Membangkitkan Kembali Kapasitas Inhibisi Kita

Bagikan Artikel

Oleh: Vicky Rifai Adriansyah¹

Kita mungkin pernah bertanya-tanya, mengapa banyak orang ‘bodoh’ (tidak berkompeten) menjadi sangat terkenal? Mari kita pikirkan salah satu sebabnya. Jangan-jangan itu karena kitalah yang menyebabkan mereka terkenal.

Bagaimana bisa? Kita sering menemukan postingan atau komentar seseorang. Lalu kita dengan cepat mengomentari. Kita ingin semua orang mendengar dan mengetahui apa yang kita pikirkan tentang sebuah fenomena atau kejadian di sosial media. Padahal, dengan komentar yang secara ramai-ramai kita berikan itu, banyak orang yang kurang berkompeten justru menjadi terkenal. Itulah faktanya.

Teknologi memang semakin maju, tapi sering sekali kemampuan kognitif kita semakin tertinggal. Kemampuan kognitif yang tertinggal dari kita sekarang adalah kemampuan inhibisi. Kemampuan inhibisi adalah salah satu kemampuan kognitif manusia untuk memikirkan respon yang harus kita berikan terhadap suatu fenomena yang terjadi kepada diri kita. Kemampuan ini membuat kita dapat memilih respon apa yang akan kita berikan terhadap suatu kejadian agar kita tidak memberikan respon langsung (otomatis) yang ada dalam alam bawah sadar kita.

Kemampuan inhibisi ini berkurang fungsionalnya pada era kemajuan teknologi sekarang. Kita tidak pernah berpikir mengenai apa yang kita tuliskan atau sampaikan. Alhasil, disfungsi inhibisi pada kita, membuat orang–orang yang terbilang bodoh dan tidak memiliki kualitas malah terkenal akibat ulah kita sendiri. Kebiasaan kita untuk memberikan komentar pada konten apapun menjadikan mereka terkenal.

Cara kerja algoritma sosial media memang dibuat seperti itu. Kita dipaksa untuk melihat sesuatu yang kita tidak suka dan kita akhirnya mengomentari hal tersebut. Memang isi komentar kita baik, seringkali komentar kita berisi nasihat untuk mengingatkan mereka agar tidak berbuat seperti itu.

Tetapi, ketika sosok-sosok itu melakukan hal tersebut terus menerus, kita akan berubah memberikan komentar buruk dan bahkan sampai membagikan kepada seluruh orang agar mereka juga memberikan komentar buruk pada konten tersebut.

Namun apa yang terjadi? Justru itulah yang mereka inginkan. Ketika kita memberikan komentar buruk dan membagikan konten tersebut kepada banyak orang, mereka akan mendapatkan engagement dari situ dan mereka terkenal. Saat ini, kita harus memahami bahwa keuntungan diperoleh bukan dari kualitas, tetapi kuantitas sebuah postingan.

Degradasi kemampuan inhbisi kita

Sosial media yang hadir begitu masif saat ini telah membuat kita merasa bahwa diri kita penting diketahui oleh semua orang. Menjadi terkenal pada sosial media adalah salah satu dari banyak tujuan hidup manusia saat ini.

Sosial media telah merubah segala kebiasaan hidup manusia. Peribahasa ‘diam adalah emas’ sepertinya bukan kiasan yang tepat di era sekarang. Manusia sekarang dipaksa untuk ikut dalam arus yang dibentuk oleh sosial media yaitu untuk memberikan respon cepat terhadap suatu informasi.

Respon yang kita berikan akhirnya seringkali tidak berasal dari informasi yang cukup. Tetapi kita terus melakukan hal tersebut karena memang saat ini kita dibentuk untuk merespon informasi pada kejadian apapun.

Hadirnya sosial media tidak memberikan kita peluang untuk berfikir sejenak dalam memberikan respon pada suatu hal. Kita akhirnya dipengaruhi untuk memberikan respon secepat mungkin yang kita bisa.

Salah satu yang marak adalah video–video pendek yang beredar di sosial media. Kesukaan kita terhadap video–video pendek telah menurunkan kemampuan kita pada sesuatu.

Kemampuan fokus manusia menurut penelitian yang dilakukan oleh microsoft pada 2015 menunjukkan bahwa manusia memiliki durasi fokus yang lebih rendah dibandingkan ikan koki yaitu hanya 12 detik.

Semua video yang kita tonton sudah disesuaikan dengan keinginan kita sehingga kita semakin larut dalam sosial media. Ujung-ujungnya, kita sering memberikan respon cepat dari sebuah fenomena atau konten sosial media yang berujung pada ketidaksesuaian informasi.

Hal ini diperkeruh oleh fenomena manusia sekarang yaitu fomo. Fomo adalah kondisi dimana kita takut tertinggal trend dengan orang lain. Kita selalu ingin up to date dengan informasi terkini.

Media sosial memang memberikan informasi yang sangat banyak hanya dalam sekali akses. Tetapi bagian terburuknya adalah kita tidak bisa mengatur informasi yang kita dapatkan itu buruk atau baik, benar atau salah. Kita disuguhkan dengan informasi acak yang mungkin kita sukai berdasarkan apa yang sering kita lihat, sukai, dan komentari di sosial media kita.

Semakin banyak informasi yang kita dapatkan membuat semakin sulitnya kita untuk mencerna satu informasi. Pada akhirnya kita tidak utuh dalam memproses informasi dan akan menghasilkan respon yang tidak tepat pada sebuah informasi. Kemampuan inhbisi kita akhirnya hilang akibat pengaruh sosial media.

Jalan keluar

Kemampuan inhibisi bisa menjadi jalan keluar dalam menghapus konten bodoh di sosial media. Kemampuan untuk menahan untuk tidak memberikan komentar bahkan membagikan konten tersebut ke orang banyak adalah cara yang baik.

Kita perlu untuk bertanya pada diri kita sendiri apakah kita perlu meluangkan waktu untuk memberikan komentar pada konten tersebut. Memberikan jeda waktu untuk diri kita sendiri dalam merespon sesuatu adalah cara yang dapat digunakan untuk menguatkan kemampuan inhibisi kita.

Tujuan dari men-delay respon ini adalah untuk memberi waktu kepada diri kita sendiri dalam mencerna sebuah informasi. Diri kita perlu waktu dalam mencerna informasi, jangan biarkan diri kita dipengaruhi oleh alam bawah sadar kita.

Berpikir lebih rasional dan tidak menanggapi sesuatu yang tidak harus kita tanggapi adalah keistimewaan. Kita bisa memberikan waktu kepada diri kita sendiri untuk bertanya: “apakah perlu untuk menanggapi konten ini?”. Dengan tidak menanggapi dan tidak menyebarkan konten yang menurut kita kurang bermutu adalah jalan ampuh untuk menghilangkan kebodohan pada sosial media. (*)

¹Penulis adalah Mahasiswa S1 Antropologi Sosial, FISIP USU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *