Luluk Diana, Mental Juara Mengubah Segalanya

Bagikan Artikel

Pacitan, Bonarinews.com — Luluk Diana Tri Wijayana membuktikan bahwa keberanian mengambil risiko, disiplin, dan keteguhan mental dapat menjadi pembeda antara kegagalan dan kemenangan. Lifter muda asal Punung, Pacitan, Jawa Timur, itu tampil sebagai penentu sejarah bagi angkat besi Indonesia di SEA Games 2025 Thailand.

Di kelas 48 kilogram putri, Luluk menyumbangkan medali emas pertama untuk tim Indonesia. Total angkatan 184 kilogram yang ia catatkan menempatkannya di puncak persaingan, mengungguli lifter tuan rumah hanya dengan selisih satu kilogram. Kemenangan tipis itu justru menjadi gambaran betapa kerasnya pertarungan yang ia jalani.

Perjalanan Luluk menuju podium tertinggi bukanlah kisah instan. Sejak usia 12 tahun, ia telah menekuni angkat besi secara serius di bawah bimbingan pelatih. Namanya mulai dikenal dunia ketika meraih emas di IWF Youth World Championships 2022 di Meksiko. Saat itu, ia dinobatkan sebagai juara dunia remaja kelas 49 kilogram.

Namun, jalan prestasi tak selalu mulus. Trauma sempat menghantui Luluk setelah gagal total di clean and jerk pada Kejuaraan Dunia Remaja dan Junior 2025 di Peru. Luka mental itu terbawa hingga ia tampil di Thailand.

Pada pertandingan SEA Games, Luluk tampil nyaris sempurna di snatch dengan tiga angkatan sukses: 79, 82, dan 84 kilogram. Tantangan datang saat clean and jerk. Percobaan kedua di 98 kilogram gagal karena sabuk pinggangnya terlepas. Dalam situasi krusial itu, pilihan aman sebenarnya tersedia.

Luluk memilih sebaliknya. Ia menaikkan beban menjadi 100 kilogram pada angkatan terakhir. Keputusan itu bukan sekadar keberanian, melainkan hasil perhitungan matang dan tekad untuk menuntaskan rasa takut yang selama ini membayanginya. Angkatan itu berhasil. “Good lift,” kata juri.

Namun, ketegangan belum berakhir. Namanya memang berada di puncak klasemen, tetapi tiga pesaing masih memiliki kesempatan terakhir dengan target 102 kilogram. Bersama pelatihnya, Samsuri, Luluk menunggu dengan tenang. Otot dijaga tetap hangat, doa dipanjatkan dalam diam.

Satu per satu pesaing gagal. Saat namanya dipanggil ke podium, Luluk bahkan belum sepenuhnya menyadari bahwa emas telah menjadi miliknya. Tangisnya pecah ketika lagu Indonesia Raya berkumandang.

“Saya sangat senang dan terharu. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan mendoakan saya,” ujar Luluk.

Bagi Luluk Diana, medali emas ini bukan sekadar kemenangan. Ia adalah simbol keberanian menghadapi trauma, keteguhan menjaga keyakinan, dan mental juara yang benar-benar mampu mengubah segalanya. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *