Bogor, Bonarinews.com — Selama ini tandan kosong kelapa sawit lebih sering berakhir sebagai tumpukan limbah di sekitar pabrik pengolahan. Nilainya kecil, manfaatnya terbatas, bahkan kerap menimbulkan persoalan lingkungan. Namun pandangan itu mulai berubah setelah para peneliti IPB University menemukan fungsi baru dari sisa produksi sawit tersebut.
IPB University berhasil mengembangkan rompi antipeluru dengan bahan utama serat tandan kosong kelapa sawit. Produk ini bukan sekadar konsep laboratorium. Rompi tersebut telah menjalani uji balistik dan dinyatakan lolos sertifikasi setelah diuji di Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat di Batujajar, Bandung.
Dalam pengujian, rompi diuji menggunakan peluru kaliber 9 x 19 milimeter dari jarak lima meter. Pengujian dilakukan dalam berbagai kondisi, termasuk kering dan basah, serta diuji ketahanannya terhadap tusukan dan bacokan senjata tajam. Hasilnya, proyektil tidak mampu menembus lapisan rompi, sementara deformasi bagian belakang masih berada dalam batas aman standar rompi antipeluru level IIIA.
Di balik inovasi ini ada tim multidisiplin IPB yang dipimpin Siti Nikmatin, peneliti Pusat Studi Sawit dan dosen Departemen Fisika. Bersama timnya, riset tentang material berbasis sawit telah digarap selama bertahun-tahun, dengan fokus khusus pada pengembangan material antipeluru sejak 2023. Proses panjang itu akhirnya berbuah hasil ketika material tersebut memenuhi standar militer.
Keunggulan rompi ini tidak hanya pada daya tahannya. Dari sisi kenyamanan, bobotnya kurang dari dua kilogram dengan ketebalan di bawah dua sentimeter. Karakter ini membuat rompi lebih ringan dan ergonomis dibanding banyak rompi antipeluru yang beredar di pasaran dengan tingkat perlindungan sekelas.
IPB juga melibatkan mitra industri untuk memastikan hasil riset tidak berhenti sebagai prototipe. Kolaborasi ini membuka jalan agar inovasi berbasis limbah sawit tersebut bisa diproduksi secara massal dan dimanfaatkan lebih luas, terutama untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan.
Pendanaan riset berasal dari Program Dana Padanan Kedaireka Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi periode 2024–2025. Dukungan ini memungkinkan riset berkembang dari kajian akademik hingga tahap pengujian lapangan yang ketat.
Inovasi rompi antipeluru ini memberi makna baru pada limbah sawit. Material yang sebelumnya dipandang tak bernilai kini justru berpotensi melindungi nyawa. Dari sisa kebun sawit, lahir teknologi yang menunjukkan bahwa riset lokal mampu menjawab tantangan strategis dengan cara yang tak terduga. (Redaksi)