Korban Tewas Bencana Sumatera Tembus 1.006 Jiwa, Ratusan Orang Hilang, Lemahnya Mitigasi Kembali Disorot

Bagikan Artikel

Jakarta, Bonarinews.com — Jumlah korban meninggal akibat banjir dan tanah longsor di Sumatera kembali bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Sabtu, 13 Desember 2025, sebanyak 1.006 orang meninggal dunia akibat rangkaian bencana yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Angka tersebut menambah panjang daftar korban dan memunculkan kembali sorotan terhadap kesiapan pemerintah daerah dalam melakukan mitigasi bencana, khususnya di wilayah rawan banjir dan longsor.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebutkan, korban meninggal terbanyak berada di Aceh sebanyak 416 orang, disusul Sumatera Utara 349 orang dan Sumatera Barat 242 orang. Data tersebut merupakan hasil pembaruan setelah verifikasi lapangan.

Namun, di tengah pembaruan data, hingga kini masih terdapat 217 orang yang dilaporkan hilang. Proses pencarian terus dilakukan, meski dihadapkan pada keterbatasan akses, cuaca buruk, dan kondisi medan yang sulit.

Besarnya jumlah korban dan luasnya wilayah terdampak memunculkan pertanyaan soal kesiapan daerah menghadapi musim hujan. Sejumlah kawasan yang terdampak diketahui merupakan wilayah langganan banjir dan longsor, namun upaya pencegahan dinilai belum maksimal.

BNPB juga mencatat sebanyak 654.642 warga masih mengungsi. Meski jumlah pengungsi di Aceh mengalami penurunan, kondisi di Sumatera Utara justru menunjukkan peningkatan. Situasi ini menandakan proses pemulihan belum berjalan merata.

Sejumlah pengamat kebencanaan menilai, penanganan bencana masih cenderung bersifat reaktif. Pemerintah dinilai lebih fokus pada penanganan darurat, sementara upaya mitigasi seperti penataan daerah aliran sungai, pengendalian pembalakan liar, dan perbaikan sistem peringatan dini belum menjadi prioritas utama.

BNPB menyatakan fokus saat ini masih pada pencarian korban hilang, pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, serta pemulihan layanan kesehatan dan infrastruktur. Namun, tragedi ini kembali menjadi pengingat bahwa tanpa kebijakan mitigasi yang kuat dan konsisten, bencana serupa berpotensi terus berulang dengan korban yang tak sedikit. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *