Catatan dari Orientasi dan Latgabsar PMR di MTsN 4 Paluta
Paluta, Bonarinews.com – Di sebuah sudut Kecamatan Portibi, ratusan siswa berkumpul dengan semangat yang sama: belajar menjadi manusia yang lebih berguna bagi sesama.
MTsN 4 Paluta pada Sabtu (22/11/2025) bukan hanya menjadi tempat belajar akademik, tetapi berubah menjadi ruang pelatihan kemanusiaan melalui kegiatan Orientasi dan Latihan Gabungan Dasar (Latgabsar) Palang Merah Remaja (PMR).
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) dengan Kementerian Agama Paluta. Dua institusi yang memiliki tujuan serupa—mempersiapkan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kepekaan sosial.
Ketua PMI Paluta, Tohong P Harahap, menyampaikan, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan rutin. Lebih dari itu, ini adalah proses membentuk remaja yang siap siaga ketika keadaan darurat terjadi, sekaligus menanamkan nilai humanisme sejak dini. Di masa ketika dunia menghadapi banyak tantangan kemanusiaan, kemampuan pertolongan dasar dan empati sosial menjadi bekal yang tak kalah penting dibanding nilai rapor.
Dalam kegiatan ini, para peserta diperkenalkan kembali pada Tujuh Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional—mulai dari Kemanusiaan hingga Kesemestaan. Prinsip-prinsip ini bukan hanya teori, tetapi nilai yang akan melekat ketika mereka kelak bertugas menolong orang lain.
Selain itu, mereka juga diingatkan pada tiga janji bakti PMR:
- meningkatkan keterampilan hidup sehat,
- berkarya dan berbakti di masyarakat,
- mempererat persahabatan, baik nasional maupun internasional.
Janji ini sederhana, namun jika dijalankan, mampu menggerakkan perubahan nyata di lingkungan sekolah dan sekitar.
Selama pelatihan, siswa tidak hanya mendengar teori, tetapi juga praktik langsung. Mereka belajar bagaimana memberikan pertolongan pertama, mulai dari menangani luka ringan hingga kondisi gawat darurat.
Pelatihan ini dilengkapi pengetahuan perawatan keluarga—hal-hal mendasar seperti menjaga kebersihan dan kesehatan diri serta orang di rumah. Tidak ketinggalan simulasi kesiapsiagaan bencana yang memberi pengalaman bagaimana harus bersikap ketika keadaan tak terduga datang.
Kementerian Agama Paluta melalui Dian Siregar, juga memberi dukungan penuh. Menurutnya, kegiatan ini sejalan dengan misi pendidikan madrasah—membangun generasi yang unggul secara intelektual sekaligus berkarakter sosial dan religius. PMR hadir sebagai ruang belajar moralitas dalam bentuk yang nyata: menolong tanpa memandang siapa yang ditolong, kapan, dan dari mana asalnya.
Kegiatan seperti ini mengingatkan kita, pendidikan tidak hanya tentang mengejar nilai ujian. Ada pelajaran penting yang kadang tidak tertulis dalam buku: bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat.
Ketika para pelajar ini kembali ke sekolah masing-masing, mereka bukan lagi sekadar anggota ekstrakurikuler, tetapi agen kecil perubahan—yang siap bergerak saat keadaan menuntut tindakan cepat dan tepat.
MTsN 4 Paluta menjadi saksi, kemanusiaan bisa diajarkan sejak dini, dan lingkungan sekolah adalah tempat terbaik untuk memulainya. Dirancang dalam kolaborasi, dijalankan dengan keseriusan, dan diterima dengan antusias–Latgabsar ini menjadi gambaran bahwa masa depan kemanusiaan ada di tangan generasi yang disiapkan hari ini. (BMH)