Bonarinews.com, Jakarta – Jumat (17/20/2025) sore, hujan deras mengguyur Wonosobo. Angin kencang merobohkan pohon, atap rumah beterbangan, dan warga berlarian mencari perlindungan. Di waktu yang hampir sama, ratusan kilometer di timur, warga Banyuwangi justru menatap langit yang kosong—tanpa awan, tanpa hujan, hanya panas yang membakar tanah retak.
Laporan BNPB pada Minggu (19/10/2025) mencatat lima bencana baru, mayoritas akibat cuaca ekstrem. Wonosobo, Blitar, Aceh Barat, dan Bengkayang diterjang badai dan hujan deras. Sementara di Desa Kalibarumanis, Banyuwangi, 80 keluarga harus berebut air dari tangki bantuan karena sumur-sumur mereka telah mengering.
“Sudah seminggu air tak keluar. Anak-anak mandi sekali sehari saja,” kata Sulastri, salah satu warga desa, sambil menenteng jeriken kosong. Di tempat lain, warga Wonosobo sedang memperbaiki genting rumah yang terhempas angin.
Indonesia seolah sedang menghadapi dua wajah bencana sekaligus. Di satu sisi, air datang berlebihan; di sisi lain, air lenyap sama sekali. Dan di tengah perubahan cuaca yang makin sulit ditebak, masyarakat hanya bisa berharap: semoga langit segera bersahabat kembali. (Redaksi)