#KaburAjaDulu dan “Indonesia Gelap”: Tanda Generasi Muda Mulai Hilang Kepercayaan pada Demokrasi

Bagikan Artikel

Oleh: Arthur Geoff Pascal Polentio

Belakangan ini, media sosial diramaikan dengan tagar #KaburAjaDulu dan istilah “Indonesia Gelap”. Ungkapan itu mencerminkan keresahan anak muda terhadap kondisi bangsa yang dinilai semakin berat — dari politik yang kotor, ekonomi yang tak menentu, hingga ketimpangan sosial yang makin terasa.

Di platform seperti X, TikTok, dan Instagram, banyak generasi muda menumpahkan rasa kecewa mereka. Ada yang menulis satire, ada yang membuat meme, ada pula yang benar-benar berencana “kabur” ke luar negeri. Semua itu berawal dari satu perasaan yang sama: lelah dan kehilangan harapan terhadap arah negeri ini.

Tagar #KaburAjaDulu menjadi simbol keinginan untuk mencari masa depan di tempat lain. Sementara istilah “Indonesia Gelap” menggambarkan pandangan bahwa negeri ini sedang kehilangan cahaya — diwarnai korupsi, politik uang, dan kebijakan yang sering kali tidak berpihak pada rakyat kecil.

Fenomena ini menunjukkan adanya krisis kepercayaan terhadap sistem demokrasi. Demokrasi yang seharusnya menjadi wadah suara rakyat kini justru dirasa dikuasai elite. Banyak anak muda merasa suaranya tak lagi punya arti, seolah hasil pemilu sudah bisa ditebak jauh sebelum kotak suara dibuka. Dari situ muncul rasa putus asa: “buat apa peduli kalau semuanya sudah diatur dari atas?”

Ungkapan “Indonesia Gelap” bukan hanya bentuk pesimisme, tapi juga jeritan sosial. Banyak lulusan perguruan tinggi sulit mendapat pekerjaan layak. Biaya hidup terus naik, sementara penghasilan tak sebanding. Dalam situasi itu, tak sedikit anak muda yang berpikir bahwa masa depan hanya bisa ditemukan di luar negeri.

Di sisi lain, media sosial memperkuat narasi pesimisme ini. Lewat humor gelap, sindiran, dan keluhan online, generasi muda mencoba menertawakan kenyataan pahit. Tapi di balik tawa itu ada rasa kecewa mendalam — pada negara, pemerintah, bahkan pada demokrasi itu sendiri. Jika dibiarkan, sikap apatis ini bisa tumbuh menjadi ketidakpedulian massal terhadap masa depan bangsa.

Karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah nyata. Transparansi, keadilan, dan keberpihakan pada rakyat kecil harus benar-benar diwujudkan. Lapangan kerja perlu dibuka seluas-luasnya, sistem pendidikan diperkuat, dan ruang bagi anak muda untuk berpartisipasi dalam politik harus dibuka lebar.

Generasi muda juga perlu disadarkan bahwa perubahan tidak akan datang hanya dengan mengeluh atau lari. Demokrasi bisa diperbaiki jika mereka ikut mengawalnya.

Fenomena #KaburAjaDulu dan “Indonesia Gelap” bukan sekadar tren viral, tapi cermin jujur dari kekecewaan anak muda terhadap negaranya sendiri. Namun di sisi lain, ini juga bisa menjadi momentum refleksi nasional — bahwa bangsa ini perlu berbenah, jujur, dan berani berubah.

Indonesia memang sedang gelap. Tapi gelap bukan berarti tanpa cahaya. Selama masih ada yang mau bertahan dan menyalakan lilin kecil, harapan itu akan tetap hidup.

Penulis: Arthur Geoff Pascal Polentio

Mahasiswa Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *