Bonarinews.com – Perselingkuhan sering menjadi perbincangan panas, terutama dalam ranah hubungan romantis atau pernikahan.
Baru-baru ini, survei yang dilakukan oleh JustDating mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua di Asia untuk kasus perselingkuhan, dengan angka mencapai 40%.
Thailand tercatat sebagai negara dengan kasus perselingkuhan tertinggi, dengan 50% responden mengaku pernah berselingkuh.
Statistik mengungkapkan bahwa perselingkuhan paling banyak terjadi pada kelompok usia 30-39 tahun, dengan angka mencapai 32%.. Usia 19-29 tahun menyusul dengan 28%, sementara kelompok usia 40-49 tahun mencatat 24%.
Dengan kata lain, hampir 60% perselingkuhan terjadi pada usia dewasa muda, menandakan tantangan besar dalam menjaga hubungan di fase kehidupan ini.
Mengapa Perselingkuhan Terjadi?
Perselingkuhan sering kali dihubungkan dengan ketidakpuasan dalam hubungan dan rendahnya tingkat komitmen.
Penelitian oleh Harold Kelley dan John Thibaut melalui teori social exchange atau interdependence theory menjelaskan bahwa kepuasan dalam hubungan didapat dari perbandingan antara hasil hubungan (outcome) dengan harapan subjektif.
Hasil hubungan ini melibatkan reward seperti dukungan emosional dan kepuasan seksual, sedangkan cost mencakup waktu, tenaga, dan konflik emosional.
Ketika kepuasan dalam hubungan tidak sesuai dengan harapan pribadi, hal tersebut dapat memicu rasa ketidakpuasan.
Jika hasil dari hubungan alternatif dianggap lebih baik dibandingkan dengan hubungan yang sedang dijalani, individu mungkin tergoda untuk mencari hubungan baru tanpa mengakhiri hubungan yang ada. Ini seringkali berujung pada perselingkuhan.
Selain kepuasan hubungan, investasi yang dilakukan dalam sebuah hubungan, seperti waktu dan usaha, juga memainkan peran penting dalam membentuk komitmen.
Ketika seseorang merasa bahwa investasi yang telah dilakukan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh, mereka mungkin mencari alternatif yang dianggap lebih memuaskan.
Dampak Perselingkuhan pada Korban
Perselingkuhan bisa menimbulkan dampak emosional yang mendalam dan signifikan bagi korban. Rasa pengkhianatan, trauma, dan kerusakan mental adalah beberapa konsekuensi yang mungkin dihadapi.
Korban perselingkuhan sering kali harus mengatasi perasaan sedih, marah, dan terkejut, yang bisa mempengaruhi kesehatan mental mereka secara mendalam.
Menyikapi Fenomena Perselingkuhan
Perlu diingat bahwa perselingkuhan adalah pelanggaran serius terhadap komitmen dan perasaan pasangan.
Sementara Indonesia berada di peringkat kedua untuk kasus perselingkuhan di Asia, Malaysia menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dengan hanya 20% responden yang mengaku pernah berselingkuh. Hal ini bisa menjadi refleksi mengenai tingkat kesetiaan yang lebih tinggi di negara tersebut.
Untuk mengurangi angka perselingkuhan, penting bagi individu untuk memahami penyebabnya dan bekerja pada membangun komunikasi dan komitmen yang lebih kuat dalam hubungan.
Menjalin hubungan yang sehat memerlukan upaya dari kedua belah pihak untuk menjaga kepercayaan dan kepuasan bersama.
Penulis: Priskila Theodora