Bonarinews.com, Sidoarjo – Upaya pencarian korban reruntuhan gedung musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus berlanjut hingga hari keenam pascakejadian. Pada Sabtu (4/10), tim gabungan pencarian dan pertolongan (SAR) kembali menemukan 11 jenazah serta satu potongan tubuh manusia yang tertimbun reruntuhan di sektor A4.
Penemuan dimulai sejak siang hari. Korban pertama berhasil dievakuasi pukul 14.35 WIB, disusul korban kedua pada pukul 16.15 WIB. Tak lama kemudian, tim menemukan potongan tubuh berupa kaki kanan pada pukul 17.33 WIB. Proses pencarian berlanjut hingga malam, di mana korban ketiga ditemukan pada pukul 21.17 WIB, disusul korban keempat dan kelima pada pukul 22.01 WIB. Korban berikutnya ditemukan berturut-turut hingga pukul 23.30 WIB.
Seluruh jenazah dan bagian tubuh yang ditemukan langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi lebih lanjut oleh tim Disaster Victim Identification (DVI). Hingga pukul 23.37 WIB, total korban meninggal dunia yang telah terdata mencapai 25 orang, sementara satu potongan tubuh belum dihitung sebagai tambahan karena masih menunggu proses identifikasi resmi.
Menurut data terakhir, total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 129 orang. Dari jumlah tersebut, 104 orang selamat, 95 di antaranya sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan medis, dan delapan lainnya masih dirawat di sejumlah rumah sakit rujukan seperti RSUD R.T. Notopuro, RS Delta Surya, RS Unair, RSU Dr. Soetomo, serta RS Bhayangkara Surabaya. Sekitar 38 orang masih dinyatakan hilang berdasarkan daftar absensi santri pondok.
Proses pencarian terus dilakukan sepanjang malam hingga Minggu (5/10) dini hari. Tim SAR gabungan memusatkan operasi di sisi utara bangunan yang sudah tidak lagi terintegrasi dengan struktur utama, guna mempercepat penyelesaian operasi.
Selain operasi penyelamatan, pemerintah juga memberikan perhatian khusus kepada keluarga korban. BNPB dan BPBD telah mendirikan tenda pengungsian di area RS Bhayangkara Surabaya untuk menampung keluarga yang menunggu proses identifikasi jenazah. Langkah ini dilakukan demi menjaga kenyamanan, keamanan, dan mempercepat koordinasi selama proses penanganan darurat berlangsung. (Redaksi)