Festival Ngobrol Buku 2025: Saat Imajinasi, Sastra, dan Mimpi Anak Medan Bertemu di Satu Panggung

Bagikan Artikel

Bonarinews.com, Medan — Suasana sastra begitu terasa di Kota Medan saat Komunitas Ngobrol Buku Indonesia menggelar Festival Ngobrol Buku 2025. Bukan sekadar ajang lomba, festival ini menjadi ruang perayaan bagi siapa pun yang mencintai membaca, menulis, dan berbagi imajinasi.

Didukung oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia melalui program Penguatan Komunitas Sastra, kegiatan ini berangkat dari semangat sederhana: mengenalkan kekayaan sastra Indonesia sekaligus menumbuhkan kembali budaya literasi di kalangan pelajar dan guru.

Festival ini diawali dengan lokakarya menulis puisi, cerpen, dan esai yang digelar di sembilan sekolah di Medan sepanjang September. Lokakarya puisi diikuti siswa SMP, lokakarya cerpen untuk siswa SMA, dan lokakarya esai khusus bagi para guru. Dari ruang kelas sederhana di SMP Parulian 1 hingga aula Sekolah Azzakiyah Islamic Leadership, semangat menulis tumbuh tanpa sekat usia.

Bagi Harisa Kaban, siswi SMP Parulian 1, menulis puisi menjadi cara baru untuk menyalurkan perasaan dan menjaga kesehatan mental. “Lewat puisi, saya bisa bercerita tanpa takut salah. Rasanya lega,” ungkapnya dengan senyum.
Sementara itu, Dedy Ahmad Syahputra, guru SMA Muhammadiyah 1 Medan, menilai lokakarya ini penting untuk mengingatkan para pendidik agar terus menulis dan berpikir kritis. “Menulis esai bukan hanya soal opini, tapi juga soal melatih logika dan kepekaan,” ujarnya.

Puncak festival digelar pada Jumat, 3 Oktober 2025 di Hotel Putra Mulia Medan, lewat Lomba Menulis Puisi, Cerpen, dan Esai bertema Imajinasi Tentang Masa Depan. Sekitar 200 peserta dari berbagai sekolah dan lembaga pendidikan di Medan beradu ide dan kata di atas kertas, menumpahkan pandangan mereka tentang masa depan lewat bahasa yang indah.

Karya para pemenang dan finalis terbaik nantinya akan dibukukan dalam tiga antologi: puisi, cerpen, dan esai. Mereka juga akan diundang kembali pada 25 Oktober untuk menerima penghargaan sekaligus berdiskusi bersama para juri dan sastrawan.

Ketua Komunitas Ngobrol Buku Indonesia, Eka Dalanta, mengatakan bahwa festival ini tidak hanya soal lomba menulis, tetapi juga tentang membangun karakter dan empati lewat sastra. “Kami ingin mendekatkan sastra kepada masyarakat. Membaca dan menulis itu bukan hanya kegiatan akademik, tapi cara memahami kehidupan,” katanya.

Para juri yang terlibat juga merupakan sosok yang sudah lama berkecimpung di dunia sastra dan literasi, seperti S. Ratman Suras, Seiska Handayani, Bob A. Sitorus, T. Agus Khaidir, Abram Chrishthoper Sinaga, dan lainnya.

Apresiasi juga datang dari Balai Bahasa Sumatra Utara. Agus Bambang Hermanto, S.S., M.Pd., menilai kegiatan ini berhasil menumbuhkan ruang baru bagi masyarakat untuk lebih dekat dengan karya sastra.

Festival Ngobrol Buku 2025 bukan hanya tentang lomba atau penghargaan, tetapi tentang merayakan kata-kata—tentang bagaimana puisi, cerpen, dan esai menjadi jembatan bagi generasi muda untuk bermimpi dan menulis masa depannya sendiri. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *