Data Korban Meledak, Pernyataan BNPB Dipertanyakan: ‘Tak Mencekam’ Tapi 604 Orang Tewas?

Bagikan Artikel

Bonarinews.com, Tapanuli — BNPB kembali merilis perkembangan terbaru bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Angkanya membuat banyak pihak tercengang. Hingga Selasa (2/12), jumlah korban meninggal sudah mencapai 604 orang—melonjak jauh dari data sebelumnya 442 orang. Selain itu, terdapat 464 orang hilang, lebih dari 2.600 luka-luka, dan total sekitar 1,5 juta penduduk terdampak.

Jumlah pengungsi pun membesar menjadi 570 ribu orang lebih, tersebar di 50 kabupaten/kota. Kerusakan bangunan dan infrastruktur juga sangat besar: ribuan rumah rusak berat, belasan ribu rumah rusak ringan, ratusan sekolah terdampak, dan 271 jembatan rusak sehingga menghambat penyaluran bantuan.

Di balik angka-angka besar ini, perhatian publik justru tertuju pada pernyataan Kepala BNPB Letjen Suharyanto beberapa hari sebelumnya. Dalam konferensi pers pada Jumat (28/11), ia mengatakan bahwa kondisi bencana yang tampak mencekam di media sosial sebenarnya tidak sepenuhnya sama dengan situasi nyata di lapangan. Ia menilai banyak wilayah sudah membaik dan hanya Tapanuli Tengah yang dalam kondisi paling berat. Pernyataan ini dijadikan salah satu alasan pemerintah belum menaikkan status bencana menjadi tingkat nasional.

Komentar tersebut langsung mengundang reaksi keras dari masyarakat. Warga yang melihat sendiri dampak di lapangan merasa apa yang terjadi jauh lebih berat daripada yang disampaikan. Kritik semakin menguat ketika data korban dan kerusakan terus bertambah dalam jumlah besar.

Setelah menuai banyak sorotan, Suharyanto turun langsung ke beberapa lokasi bencana. Saat mengunjungi Desa Aek Garoga di Tapanuli Selatan pada Minggu (30/11), ia terlihat terkejut dengan kondisi sebenarnya. Di hadapan para pejabat daerah ia menyampaikan permintaan maaf, mengakui bahwa skala kerusakan jauh melebihi dugaan.

“Saya tidak mengira sebesar ini. Saya mohon maaf, Pak Bupati. Bukan berarti kami tidak peduli,” katanya setelah meninjau lokasi.

Di tengah kontroversi tersebut, Presiden Prabowo Subianto juga melakukan kunjungan ke sejumlah titik di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Ia menyebut pemulihan akan dilakukan bertahap sambil menuntaskan pendataan kerusakan. Kondisi pengungsian di beberapa daerah, seperti Padang, mulai lebih stabil, tetapi tim gabungan masih berjuang menembus daerah-daerah yang terisolasi untuk memastikan bantuan tetap sampai.

Lonjakan data korban dan ketimpangan antara pernyataan awal dengan kondisi di lapangan membuat bencana ini mendapat perhatian besar. Di tengah situasi yang terus berubah, masyarakat berharap seluruh pihak fokus bekerja agar pemulihan bisa berjalan lebih cepat dan tidak ada lagi warga yang tertinggal tanpa bantuan.  (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *