Jakarta, Bonarinews.com — Dalam setiap peristiwa darurat, detik selalu terasa lebih panjang dari biasanya. Ketika api membesar, asap menutup pandangan, atau korban terjebak tanpa jalan keluar, masyarakat hanya berharap satu hal: bantuan datang secepat mungkin. Di titik inilah keberadaan petugas pemadam kebakaran (Damkar) menjadi benteng pertama penyelamatan.
Peristiwa kebakaran Gedung PT Terra Drone di Jakarta beberapa waktu lalu menjadi salah satu contoh nyata betapa pentingnya peran tersebut. Ledakan baterai drone memicu kebakaran hebat di gedung bertingkat itu. Api cepat membesar, asap menebal, dan puluhan orang terjebak di dalam bangunan. Dalam situasi genting tersebut, petugas Damkar tiba hanya dalam hitungan menit—respon delapan menit dari Unit Mobil Damkar. Mereka bergerak cepat mengevakuasi korban dan memadamkan api di tengah kondisi yang berbahaya.
Tragedi itu menyisakan luka: korban jiwa dan kerusakan material. Namun ada satu hal yang kembali terlihat jelas—Damkar tetap berdiri sebagai garda terdepan keselamatan warga. Tidak heran jika tingkat kepuasan masyarakat terhadap Damkar berada pada angka yang sangat tinggi, rata-rata 90 persen. Kecepatan tiba di lokasi, ketangguhan menghadapi kondisi ekstrem, dan kesigapan mereka menolong korban tanpa pamrih, menjadi alasan utama kepercayaan publik tersebut.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menilai citra positif itu bukan sekadar apresiasi untuk Damkar, tetapi juga menyumbang citra baik bagi pemerintah daerah. Karena Damkar, pada prinsipnya, adalah bagian dari pemerintah itu sendiri. “Mereka militan, berintegritas, dan membantu korban tanpa meminta imbalan. Itu membuat Damkar disukai masyarakat,” kata Tito.
Karena itu, ia meminta kepala daerah untuk benar-benar memperhatikan peningkatan kualitas layanan Damkar. Tidak cukup hanya menambah armada dan personel. Petugas perlu pelatihan yang lebih maju, bahkan—bila memungkinkan—disekolahkan ke luar negeri untuk mempelajari teknologi modern. Tito menyinggung penggunaan drone untuk pantauan kebakaran, evakuasi, hingga pemberian pertolongan cepat sebagai teknologi yang akan semakin dibutuhkan.
Selain peningkatan kemampuan teknis, Tito juga mengingatkan pentingnya mendengar langsung keluhan para personel. Mereka bekerja dalam risiko tinggi setiap hari, sehingga dukungan moral dan fasilitas layak sangat penting agar semangat pengabdian tetap terjaga.
Meski demikian, tantangan kelembagaan masih besar. Di tingkat provinsi, baru satu yang memiliki Dinas Damkar Mandiri. Sebanyak 26 provinsi masih menggabungkan Damkar dengan Satpol PP, dan 6 provinsi bergabung dengan BPBD. Masih ada 5 provinsi dalam proses pendataan struktur.
Sementara di tingkat kabupaten/kota, ada 131 daerah yang sudah memiliki Dinas Damkar Mandiri, tetapi lebih banyak yang masih bergabung dengan Satpol PP (251) dan BPBD (73). Sisanya, 53 daerah—kebanyakan di Papua—masih dalam proses pendataan.
Data ini menunjukkan bahwa peran Damkar yang semakin luas belum seluruhnya diikuti dengan penguatan kelembagaan yang memadai. Sementara itu, kasus-kasus kebakaran besar, seperti di PT Terra Drone, menjadi alarm bahwa kebutuhan memperkuat Damkar bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Di tengah berbagai keterbatasan itu, satu hal tetap menjadi penopang utama: dedikasi para personel Damkar. Mereka bekerja di garis paling depan, pada detik-detik yang menentukan hidup dan mati. Ketika masyarakat menyatakan tingkat kepuasan 90 persen, sejatinya itu adalah pengakuan atas keberanian dan pengorbanan mereka.
Pemerintah pusat dan daerah kini dihadapkan pada tantangan yang jelas: memastikan para pahlawan tanpa pangkat itu memperoleh dukungan yang sepadan dengan risiko pekerjaan mereka. Karena keselamatan masyarakat, pada akhirnya, sangat bergantung pada seberapa kuat Damkar bersiaga saat bahaya datang. (Redaksi)