Bonarinews.com, Tapanuli Utara – Bupati Tapanuli Utara, Dr. Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat, bersama Ketua Dekranasda Taput, Ny. Neny Angelina JTP Hutabarat, menghadiri kegiatan Workshop Branding Subsektor Fesyen di kawasan wisata rohani Salib Kasih, Siatas Barita, Senin (10/11/2025). Acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat sektor ekonomi kreatif, khususnya kriya dan fesyen berbasis kearifan lokal.
Workshop ini turut dihadiri oleh tokoh nasional dan anggota DPR RI yang peduli terhadap pengembangan ekonomi kreatif, seperti Ir. Lamhot Sinaga (Wakil Ketua Komisi VII DPR RI), Samuel J.D. Wattimena (Anggota Komisi VII DPR RI sekaligus desainer nasional), serta Sabar Norma Megawati Panjaitan, S.Pd., M.Pd. (Direktur Arsitektur dan Desain Kemenparekraf), dan Deputi Bidang Pengembangan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu. Hadir pula jajaran Forkopimda Taput, anggota DPRD Taput, pimpinan OPD, serta para pelaku UMKM dan perajin tenun dari berbagai kecamatan.
Dalam sambutannya, Ketua Dekranasda Taput, Ny. Neny Angelina JTP Hutabarat, menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta dan pihak yang hadir. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tenun ulos yang dikerjakan oleh sekitar 6.000 penenun di Tapanuli Utara. “Mari kita jaga dan kembangkan warisan leluhur ini. Saya berharap kegiatan ini menjadi momentum nyata untuk mengangkat martabat para penenun dan pelaku UMKM Taput,” ujarnya.
Ia juga berharap agar kegiatan ini berlanjut dalam bentuk pendampingan dan pelatihan lanjutan. “Ada kerinduan saya agar Tapanuli Utara bisa menjadi pusat wastra tenun di Indonesia. Kami sudah punya contoh sukses seperti Dame Ulos yang berkolaborasi dengan Bank Indonesia dan berhasil meraih juara II kategori kain di Sumut,” tambahnya.
Bupati Taput, Dr. Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat, menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi. “Ada sekitar 6.000 pengrajin di Taput yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Semoga kegiatan seperti workshop dan pameran ini membuka pintu bagi dunia luar untuk mengenal hasil karya masyarakat Taput. Kolaborasi ini penting agar kerajinan kita semakin dikenal dan bernilai tinggi,” ujarnya.
Direktur Arsitektur dan Desain Kemenparekraf, Sabar Norma Megawati Panjaitan, menjelaskan bahwa workshop ini merupakan bagian dari program nasional untuk memperkuat subsektor fesyen berbasis kekayaan lokal. “Produk bagus saja tidak cukup, diperlukan strategi branding yang mampu ‘bercerita’ tentang makna di balik setiap karya,” katanya.
Sementara itu, desainer nasional Samuel J.D. Wattimena menegaskan pentingnya pendataan dan pengelolaan potensi penenun di Taput. “Kain tenun bukan hanya bahan pakaian, tetapi warisan budaya yang nilai seninya meningkat seiring waktu. Para penenun di Taput sudah sangat luar biasa, tinggal bagaimana kita kelola dengan baik,” ucapnya.
Dalam sesi utama, Samuel membimbing peserta untuk memahami tahapan *branding* fesyen berbasis lokal, mulai dari identitas merek, strategi pemasaran digital, hingga inovasi desain. Peserta, yang terdiri dari desainer muda, pelaku UMKM, dan perajin ulos, tampak antusias mengikuti setiap materi.
Acara diakhiri dengan peninjauan stand pameran yang menampilkan produk unggulan Tapanuli Utara, seperti tenun ulos, busana berbahan lokal, dan kuliner khas daerah. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah strategis menuju Tapanuli Utara sebagai pusat wastra dan ekonomi kreatif berbasis budaya yang berdaya saing tinggi. (Redaksi)