BNPB Soroti Kegagalan Teknologi Konstruksi di Balik Robohnya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Bagikan Artikel

Bonarinews.com, Sidoarjo – Tragedi robohnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9) sore, kembali membuka mata publik tentang bahaya bencana akibat kegagalan teknologi konstruksi.

Bangunan bertingkat empat itu ambruk saat proses pengecoran lantai empat berlangsung. Diduga tiang pondasi tidak mampu menahan beban, sehingga runtuh hingga ke lantai dasar tepat saat jamaah tengah melaksanakan salat Asar. Puluhan santri dan pekerja tertimpa reruntuhan.

Hingga Selasa (30/9) pagi, tercatat 102 korban berhasil dievakuasi. Sebanyak 91 orang menyelamatkan diri, sementara 11 orang dievakuasi tim SAR gabungan. Dari jumlah itu, satu korban ditemukan meninggal dunia dan 77 orang mengalami luka-luka, yang kini dirawat di beberapa rumah sakit di Sidoarjo. Tim gabungan masih berupaya mencari 38 orang yang diduga terjebak di lokasi.

BPBD Sidoarjo bersama Basarnas, BPBD provinsi dan kota/kabupaten sekitar, serta unsur relawan SAR terus bekerja mengevakuasi korban dan memantau struktur bangunan yang tersisa. Jalur evakuasi diperkuat untuk mempercepat proses penyelamatan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan, insiden ini masuk kategori bencana kegagalan teknologi. BNPB mengingatkan pentingnya pengawasan ketat terhadap standar keselamatan konstruksi, terutama pada pembangunan gedung bertingkat. “Masyarakat dan pengelola bangunan harus memastikan proses pembangunan sesuai standar agar tragedi seperti ini tidak terulang,” demikian pernyataan BNPB.

Proses pencarian dan evakuasi masih berlangsung, sementara perkembangan penanganan korban terus diperbarui oleh tim di lapangan. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *