Taput, Bonarinews.com – Bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara dalam sepekan terakhir menyisakan duka mendalam sekaligus tantangan besar bagi tim penyelamat. Hingga Jumat (28/11/2025), tercatat 367 titik bencana di 20 wilayah Polres, dengan 222 warga menjadi korban. Dari jumlah itu, 62 orang meninggal dunia, puluhan luka-luka, dan 65 warga masih hilang.
Situasi semakin sulit karena beberapa wilayah terdampak parah, terutama Sibolga dan Tapanuli Tengah, masih terisolasi akibat longsor yang menutup jalan utama. Hal ini membuat bantuan dan mobilisasi personel tertunda.
Kombes Pol Ferry Walintukan, Kabid Humas Polda Sumut, menjelaskan kondisi di lapangan dari Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Wilayah Tapanuli Utara. “Korban meninggal terbanyak ada di Sibolga, sekitar 33 orang. Proses pencarian warga yang hilang menjadi prioritas utama tim SAR,” katanya.
Meski menghadapi kesulitan akses, upaya evakuasi tidak berhenti. Tim gabungan dari Brimob, Polres jajaran, Basarnas, TNI, BPBD, relawan, dan warga setempat bekerja siang dan malam menyisir sungai, lereng bukit, dan permukiman yang tertimbun longsor. Perahu karet, alat berat, dan jalur alternatif melalui perkampungan digunakan untuk menjangkau lokasi yang tidak bisa dilalui kendaraan.
Setiap evakuasi berlangsung penuh haru, terutama bagi keluarga korban yang menunggu di pinggir jalan berlumpur, berharap ada kabar baik. Meski cuaca berubah-ubah dan ancaman longsor susulan tetap ada, semangat tim SAR tidak surut. Komunikasi darurat dijaga tetap berjalan, sementara jalur logistik terus dicari melalui rute alternatif.
Ferry menegaskan, Polda Sumut tidak akan berhenti hingga semua korban ditemukan dan warga terdampak menerima bantuan. “Kami turut berbela sungkawa atas musibah ini dan tetap berupaya maksimal untuk mengevakuasi korban,” ujarnya.
Tekad kemanusiaan menjadi kekuatan utama bagi ratusan personel yang bekerja di medan sulit ini, memastikan pertolongan tetap sampai ke warga yang membutuhkan meski akses jalan masih terputus. (Redaksi)