Bekerja sebagai Ibadah: Pesan Integritas yang Menggugah Pegawai Dishub Sumut

Bagikan Artikel

Medan, Bonarinews.com — Suasana Command Center Room Dinas Perhubungan Sumatera Utara, Jumat (19/12/2025), terasa berbeda. Bukan deretan laporan lalu lintas atau koordinasi teknis yang menjadi pusat perhatian, melainkan perenungan tentang makna bekerja dan alasan seseorang hadir di ruang pelayanan publik. Dalam kebaktian pembinaan mental itu, para pegawai Dishub Sumut diajak berhenti sejenak, menengok ke dalam diri, dan bertanya: untuk siapa sebenarnya pekerjaan ini dilakukan.

Pendeta Jemmy Sembiring membuka renungannya dengan sebuah penekanan sederhana namun mendasar. Menurutnya, yang paling penting dalam pekerjaan bukan hanya apa yang dikerjakan, tetapi mengapa dan bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Alasan seseorang bekerja akan menentukan sikap, nilai, dan cara ia melayani. Tanpa kesadaran akan “mengapa”, pekerjaan mudah jatuh menjadi rutinitas tanpa makna.

Ia mengingatkan ajaran Rasul Paulus dalam Kolose 3:23 yang menyatakan bahwa apa pun yang dilakukan hendaknya dikerjakan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Pesan ini, kata Jemmy, menolak cara pandang yang memisahkan hidup menjadi wilayah rohani dan sekuler. Ibadah tidak berhenti di tempat ibadah. Kantor, meja kerja, dan ruang pelayanan publik adalah bagian dari ruang spiritual itu sendiri.

Pendeta Jemmy menyoroti kebiasaan banyak orang yang tanpa sadar menjalani dua standar hidup. Di satu sisi, disiplin dan rapi karena takut sanksi administrasi. Di sisi lain, longgar dan abai ketika merasa tidak diawasi. Padahal, integritas justru diuji saat tidak ada yang melihat. Kesetiaan pada hal-hal kecil—datang tepat waktu, menyelesaikan tugas dengan baik, melayani dengan ramah—menjadi cermin kualitas batin seseorang.

Menurutnya, bekerja dengan hati adalah kunci dari kualitas hidup dan pelayanan. Hati yang dijaga akan melahirkan pikiran yang sehat, perkataan yang membangun, dan tindakan yang benar. Sebaliknya, hati yang dibiarkan dipenuhi amarah, iri, atau ketidakjujuran akan perlahan merusak cara seseorang berpikir dan bertindak. Integritas, dalam pengertian ini, bukan sekadar slogan, melainkan kesatuan antara hati, pikiran, dan perbuatan.

Ia juga menekankan bahwa motivasi kerja yang benar akan melampaui sekadar profesionalisme. Seseorang bisa menjadi pekerja yang cakap, tetapi tanpa tujuan yang lebih dalam, ia mudah lelah dan kehilangan arah. Ketika pekerjaan dipahami sebagai ibadah dan sarana memuliakan Tuhan, maka pelayanan tidak lagi bergantung pada pujian atasan atau penilaian manusia, melainkan pada kesadaran bahwa ada nilai yang lebih besar di balik setiap tugas.

Kebaktian pembinaan mental itu ditutup dengan ajakan reflektif. Para pegawai diajak melihat kembali pekerjaan mereka bukan sebagai beban atau kewajiban semata, tetapi sebagai kepercayaan. Di tengah keterbatasan manusia dan sistem, yang terpenting adalah menjaga hati dan niat dalam bekerja. Dari sanalah kepercayaan publik tumbuh, dan pelayanan yang manusiawi dapat terwujud.

Bagi Dishub Sumut, pagi itu bukan sekadar kegiatan rutin keagamaan. Ia menjadi ruang pengingat bahwa pelayanan publik yang kuat tidak hanya dibangun oleh aturan dan teknologi, tetapi juga oleh integritas personal orang-orang yang menjalankannya, hari demi hari. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *