Banjir dan Longsor Tapteng Tewaskan 47 Orang, Akses Wilayah Terputus Total, Upaya Penanganan Terus Dimaksimalkan

Bagikan Artikel

Tapanuli Tengah, Bonarinews.com – Banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi sejak Selasa (25/11) di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) terus menelan korban. Hingga Jumat (28/11/2025) pukul 12.00 WIB, sebanyak 47 orang dilaporkan meninggal dunia, 507 orang luka-luka, dan 51 lainnya masih hilang. Angka ini diperkirakan bertambah karena proses pencarian masih berlangsung di sejumlah titik.

Humas Polres Tapteng bersama BPBD Tapteng menyampaikan, dalam 72 jam terakhir daerah ini praktis mengalami kelumpuhan total. Listrik padam, air bersih terhenti, dan jaringan internet tidak berfungsi di hampir seluruh wilayah Tapteng hingga Kota Sibolga. Kondisi ini membuat proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan lambat.

Akses Terisolasi dari Tiga Arah

Upaya bantuan terhambat oleh kerusakan infrastruktur di seluruh jalur masuk ke ibu kota Pandan.

  • Dari arah selatan, jembatan Kalangan dan Anggoli ambruk sehingga jalur dari Tapanuli Selatan dan Padangsidimpuan tidak bisa dilewati.
  • Dari arah utara, longsor besar di Kecamatan Sitahuis menutup badan jalan menuju Tarutung.
  • Dari arah barat, jalur dari Aceh Singkil terputus akibat banjir di Kecamatan Kolang dan rusaknya Jembatan Sorkam.

Kondisi ini membuat Tapteng terisolasi dan membutuhkan penanganan intensif dari pemerintah pusat.

Kerusakan Parah di Lima Kecamatan

Lima kecamatan menjadi wilayah dengan dampak paling berat.

Kecamatan Pandan mencatat 11 korban meninggal, dua luka berat, dan enam hilang. Seluruh wilayah terdampak. Sebanyak 665 warga mengungsi.

Kecamatan Tukka menjadi wilayah dengan korban terbesar: 26 meninggal, 505 luka parah, dan 33 hilang. Hampir seluruh permukiman lumpuh total.

Kecamatan Badiri melaporkan satu warga meninggal dan 12 dinyatakan hilang. Data korban luka masih dalam pendataan.

Kecamatan Barus mencatat dua korban jiwa dengan tingkat kerusakan mencapai 98%.

Kecamatan Sitahuis melaporkan tujuh korban meninggal, sementara data lengkap mengenai pengungsi dan korban lainnya belum masuk.

Hingga kini, jumlah pengungsi terus meningkat seiring proses evakuasi di lapangan.

Penanganan Ditingkatkan ke Skala Nasional

Melihat skala kerusakan yang luas dan lumpuhnya akses antardaerah, pemerintah menetapkan penanganan bencana Tapteng sebagai bencana berskala nasional. GOR Pandan dijadikan pusat pengungsian utama. Dapur umum, tenda darurat, serta pos kesehatan sudah mulai beroperasi untuk melayani warga yang kehilangan tempat tinggal.

Tim SAR gabungan terus berjibaku membuka akses yang tertutup longsor, sementara distribusi logistik dilakukan dengan memanfaatkan jalur laut dan udara.

Bencana ini menjadi salah satu yang paling memukul wilayah Tapanuli Tengah dalam beberapa tahun terakhir. Prioritas saat ini adalah mengevakuasi korban hilang, memenuhi kebutuhan dasar pengungsi, dan memulihkan akses ke wilayah-wilayah yang terisolasi. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *