Banjir dan Longsor di Sumut: Warga Berjuang dan Tim Penyelamat Bergerak Cepat

Bagikan Artikel

Bonarinews.com, Sumut– Hujan deras yang turun tanpa henti sejak Senin 24 November 2025 malam, membuat sebagian wilayah Sumatera Utara berubah menjadi lautan air. Kota Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan menjadi daerah terdampak banjir dan tanah longsor. Rumah-rumah terendam, jalan-jalan tertutup lumpur, dan ribuan warga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman.

Di Sibolga, air mengalir deras menyapu jalan dan pekarangan rumah. Kendaraan terseret, pohon tumbang, dan material rumah ikut terbawa arus. Beberapa kelurahan, seperti Angin Nauli, Aek Muara Pinang, Pasar Belakang, dan Pasar Baru, terdampak cukup parah. Tanah longsor menutup jalan, membuat warga kesulitan bergerak. Dari kejadian ini, satu warga mengalami luka-luka dan beberapa rumah serta ruko rusak.

Sementara itu, di Tapanuli Selatan, situasinya lebih mengerikan. Delapan orang meninggal, puluhan lainnya luka-luka, dan ribuan warga harus mengungsi. Longsor menutup jalan, banjir merendam rumah, dan aktivitas sehari-hari warga terganggu total. Tim BPBD, TNI, Polri, dan relawan segera mengerahkan alat berat untuk membersihkan jalan dan mengevakuasi warga yang terjebak.

Di Tapanuli Utara, sekitar 50 rumah rusak dan dua jembatan putus akibat banjir dan longsor. Jalur alternatif disiapkan agar warga tetap bisa bergerak. Di Tapanuli Tengah, lebih dari 1.900 rumah terdampak di sembilan kecamatan. Tim gabungan mendirikan tenda pengungsi dan membagikan makanan serta kebutuhan dasar bagi warga yang kehilangan rumahnya.

BMKG menyebut dua sistem cuaca besar sebagai penyebab bencana ini: Siklon Tropis KOTO di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B di Selat Malaka. Kedua sistem ini menyebabkan hujan deras, angin kencang, dan gelombang tinggi di beberapa perairan Sumatera.

Meski cuaca masih buruk, petugas terus bekerja siang dan malam. Mereka mengevakuasi warga, membuka jalan yang tertutup longsor, dan memastikan bantuan sampai ke yang membutuhkan. Warga yang tinggal di dekat sungai, lereng bukit, atau daerah rawan longsor diimbau untuk selalu waspada. Jika hujan deras berlangsung lama, segera pindah ke tempat aman.

Bencana ini menjadi pengingat betapa cepatnya alam bisa berubah. Namun, dengan kerja sama antara pemerintah, tim penyelamat, dan masyarakat, korban dapat diselamatkan, bantuan tersalurkan, dan kehidupan perlahan bisa kembali normal. Meski hujan belum reda, semangat warga dan petugas untuk saling membantu tetap kuat. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *