Bonarinews.com, Bandung — Kota Bandung bersiap menjadi pusat perhatian Asia Tenggara. Sebanyak 132 atlet dengan disabilitas intelektual dan perkembangan (IDD) dari enam negara akan unjuk kemampuan dalam Special Olympics Southeast Asia Football Competition 2025, yang digelar pada 10–14 November 2025.
Ajang ini akan menghadirkan 6 tim putra dan 6 tim putri dari Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Mereka akan beradu strategi dan semangat sportivitas dalam format 7 lawan 7 di Stadion Persib Sidoliq, Jalan Ahmad Yani, Bandung.
Ketua Panitia Penyelenggara, Komarudin, mengatakan kebanggaannya atas kepercayaan yang diberikan kepada Indonesia. Ia menjelaskan kegiatan ini dapat terlaksana berkat dukungan dari banyak pihak, terutama Pemerintah Kota Bandung dan sektor swasta. Panitia berkomitmen agar acara ini sukses, bukan hanya untuk Bandung, tetapi juga untuk Indonesia.
Kompetisi ini bukan sekadar turnamen sepak bola, melainkan perayaan semangat inklusi dan keberanian para atlet disabilitas. Mereka telah berlatih rutin di negara masing-masing untuk membuktikan bahwa batas kemampuan bukan penghalang untuk berprestasi.
alah satu peserta dari Filipina mengungkapkan bahwa olahraga inklusif memberi kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan bakat dan membangun rasa percaya diri. Di lapangan, yang penting bukan disabilitas, tetapi kemampuan dan semangat.
Selain pertandingan, ajang ini juga menampilkan Special Olympics Healthy Athletes, didukung oleh Golisano Foundation, pada 12–13 November 2025. Program ini menyediakan pemeriksaan kesehatan gratis dan edukasi kesehatan bagi 200 atlet peserta melalui kegiatan Health Promotion (pencegahan penyakit) dan FunFitness (fisioterapi).
Tentang Special Olympics
Special Olympics adalah gerakan olahraga global yang memperjuangkan inklusi bagi penyandang disabilitas intelektual. Didirikan pada tahun 1968, gerakan ini kini telah melibatkan lebih dari 4,6 juta atlet di lebih dari 200 negara dengan dukungan lebih dari satu juta pelatih dan relawan.
Di Indonesia, organisasi Special Olympics Indonesia (SOIna) berdiri sejak 9 Agustus 1989 dan menjadi bagian resmi dari jaringan global tersebut. Melalui olahraga, SOIna berkomitmen untuk membantu individu dengan disabilitas intelektual menjadi anggota masyarakat yang dihargai dan produktif.
Kompetisi ini menggunakan sistem divisioning, yaitu pengelompokan atlet berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kemampuan bermain. Dengan cara ini, setiap pertandingan berlangsung adil dan menyenangkan bagi semua peserta.
Sebelum bertanding, atlet akan menjalani tes keterampilan dasar seperti menggiring bola, menembak, dan mengoper. Hasilnya menjadi dasar pembentukan tim dan pembagian lawan yang setara.
Divisioning memastikan semua atlet punya kesempatan untuk berprestasi sesuai kemampuan mereka. Tidak ada yang kalah atau ditinggalkan, semua punya ruang untuk bersinar.
Special Olympics Southeast Asia Football Competition 2025 menjadi bukti nyata bahwa olahraga adalah bahasa universal yang menyatukan perbedaan, menumbuhkan rasa hormat, dan menunjukkan bahwa setiap individu layak mendapat kesempatan yang sama untuk bersinar. (Redaksi)