Bonarinews.com – Pernahkah kamu mendengar seseorang berkata, “Saya OCD banget, nih,” ketika mereka merasa sangat perfeksionis atau suka hal-hal tertata rapi?
Istilah OCD memang seringkali digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi tahukah kamu bahwa sebenarnya OCD adalah kondisi kejiwaan yang jauh lebih kompleks dari sekadar suka kebersihan atau keteraturan?
OCD atau Obsessive Compulsive Disorder adalah kondisi yang memengaruhi banyak orang secara serius. Bagi mereka yang benar-benar mengalaminya, OCD bukanlah sekadar keinginan untuk merapikan meja atau memastikan semua pintu terkunci, tetapi sebuah siklus pikiran dan perilaku yang bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Jadi, apa sebenarnya OCD itu, dan bagaimana gejalanya dapat memengaruhi kehidupan seseorang? Yuk, kita simak pembahasannya di sini.
Apa Itu Obsessive Compulsive Disorder (OCD)?
Obsessive Compulsive Disorder biasa dikenal oleh banyak orang dengan singkatan OCD. OCD merupakan suatu gangguan kesehatan mental yang di mana pengidapnya memiliki pikiran dan perilaku berulang yang tidak terkendali.
Contoh dari perilaku OCD ini sangat banyak, seperti benda harus diletakkan di tempat asalnya setelah digunakan. Hal seperti itu sering dilakukannya tanpa sadar dan terkadang beberapa pengidapnya merasa terganggu apabila benda tidak diletakkan dengan baik.
Bagi pengidap OCD, perilaku dan pemikiran seperti itu tidak bisa dikendalikan, sehingga pengidap seperti terpengaruh untuk melakukan itu semua.
Gejala Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Dikutip dari Mayo Clinic, gejala OCD dibagi menjadi dua, yaitu obsesi dan kompulsi. Berikut ini penjelasan tentang gejala obsesi dan kompulsi OCD.
Gejala Obsesi
Gejala obsesi OCD merupakan pikiran yang sebenarnya sulit dikendalikan dan terus muncul secara berulang, kemudian memicu adanya rasa cemas dan tekanan apabila tidak melakukan hal yang dipikirkan.
Gejala ini jika terus dibiarkan akan mengganggu pengidap OCD ketika ingin melakukan aktivitas sehari-hari. Contoh gejala obsesi ini seperti merasa ragu belum mengunci pintu rumah ketika ingin pergi.
Gejala Kompulsi
Gejala OCD berikutnya adalah kompulsi. Gejala ini akan menimbulkan perilaku yang harus dilakukan secara berulang kali. Pengidap melakukan perilaku secara berulang untuk mengatasi kecemasan atas obsesi yang berlebihan.
Meski begitu, pengidap OCD hanya mendapatkan sedikit rasa lega saja atas perilaku yang sudah dilakukan secara berulang itu.
Perilaku yang dilakukan secara berulang oleh pengidap OCD ini bisa menjadi masalah yang sulit diatasi apabila sudah di luar kewajaran.
Salah satu contoh dari gejala kompulsi adalah mencuci dan menggosok tangan dengan sabun sampai menyebabkan luka.
Penutup
Memahami apa itu OCD dan gejalanya adalah langkah penting untuk memberikan dukungan yang tepat bagi mereka yang mengalaminya. OCD bukanlah sekadar kebiasaan atau sifat perfeksionis, melainkan kondisi kejiwaan yang memerlukan perhatian dan penanganan serius.
Pada akhirnya, kesadaran dan pemahaman tentang OCD dapat membantu kita untuk lebih peka terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar kita. Jadi, mari kita gunakan informasi ini untuk mendukung dan mendorong mereka yang membutuhkan, serta membangun masyarakat yang lebih peduli terhadap kesehatan mental.
Penulis: Restu Nasik Kamaluddin