Apa Itu Gangguan Bipolar? Gejala, Faktor, dan Penanganannya

Bagikan Artikel

Bonarinews.com – Gangguan bipolar, juga dikenal sebagai manic-depressive illness, adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati ekstrem, mulai dari fase mania atau hipomania hingga fase depresi yang mendalam. Penderita gangguan ini sering mengalami gangguan dalam fungsi sehari-hari dan memerlukan perawatan yang serius.

Gejala Gangguan Bipolar

Berdasarkan DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi ke-5), gangguan bipolar memiliki beberapa tipe dengan gejala berbeda.

Berikut adalah ringkasan gejala gangguan bipolar khas yang sering ditemui :

  1. Fase Mania atau Hipomania
  • Energi Berlebih: Individu merasa sangat energik dan aktif, sering merasa bisa melakukan apapun.
  • Kenaikan Suasana Hati: Suasana hati yang sangat positif atau euforia yang tidak wajar.
  • Berbicara Cepat: Bicara yang cepat dan sulit diikuti.
  • Kepentingan Tinggi: Keterlibatan dalam aktivitas berisiko atau impulsif, seperti pengeluaran berlebihan atau perilaku seksual berisiko.
  • Rasa Mampu yang Berlebihan: Merasa memiliki kemampuan luar biasa atau kekuatan super.
    Fase mania umumnya lebih intens dan mengganggu dibandingkan dengan hipomania, yang merupakan versi mania dengan tingkat keparahan yang lebih ringan.
  1. Fase Depresi
  • Kehilangan Minat: Hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya dinikmati.
  • Kelelahan: Rasa lelah ekstrem, bahkan setelah beristirahat.
  • Perubahan Pola Tidur: Kesulitan tidur atau tidur yang berlebihan.
  • Perubahan Nafsu Makan: Penurunan atau peningkatan nafsu makan yang signifikan.
  • Rasa Putus Asa: Rasa tidak berharga atau perasaan bersalah berlebihan.
  • Pikiran Tentang Kematian: Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

Faktor Penyebab Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar bisa dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk aspek biologis dan lingkungan sekitarnya. Beberapa faktor utama meliputi:

  • Genetika: Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar dapat meningkatkan risiko seseorang mengalaminya. Meskipun tidak semua orang dengan riwayat keluarga akan terkena, faktor genetik berperan penting.
  • Biokimia: Ketidakseimbangan bahan kimia di otak, seperti neurotransmiter, dapat berperan dalam perkembangan gangguan bipolar.
  • Lingkungan: Stres berat, trauma, atau perubahan besar dalam kehidupan dapat memicu episode bipolar, terutama jika ada kecenderungan genetik.
  • Faktor Hormonal: Perubahan hormon, misalnya selama periode kehamilan atau menstruasi, dapat mempengaruhi keseimbangan mood.

Diagnosis Berdasarkan DSM-5

DSM-5 mengklasifikasikan gangguan bipolar dalam beberapa tipe utama:

  1. Gangguan Bipolar I: Terjadi minimal satu episode mania yang sangat intens, biasanya diikuti oleh episode depresi yang mendalam.
  2. Gangguan Bipolar II: Ditandai dengan episode hipomania (fase mania yang lebih ringan) dan episode depresi berat. Meski tidak mengalami episode mania penuh, individu dengan gangguan bipolar II sering kali mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari akibat episode depresi.
  3. Gangguan Bipolar III: Kadang disebut gangguan bipolar dengan episode campuran, di mana seseorang mengalami gejala mania dan depresi secara bersamaan.
  4. Gangguan Siklotimik: Ditandai dengan periode hipomania dan gejala depresi yang kurang parah daripada gangguan bipolar I atau II. Kondisi ini dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari meskipun gejalanya tidak seberat gangguan bipolar yang lebih parah.

Penanganan Gangguan Bipolar

Penanganan gangguan bipolar umumnya melibatkan kombinasi terapi medis dan psikologis. Tujuannya adalah untuk mengendalikan gejala, mengurangi frekuensi dan intensitas episode, serta membantu individu menjalani kehidupan yang produktif. Berikut adalah pendekatan utama dalam penanganannya:

  1. Pengobatan
  • Mood Stabilizers: Obat-obatan seperti lithium, valproate, atau lamotrigine digunakan untuk menstabilkan suasana hati dan mencegah episode mania atau depresi.
  • Antipsikotik: Untuk mengatasi gejala mania yang parah, dokter mungkin meresepkan antipsikotik.
  • Antidepresan: Terkadang digunakan bersama dengan mood stabilizers untuk mengatasi gejala depresi, namun harus hati-hati karena dapat memicu episode mania.
  1. Terapi Psikologis
  • Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): CBT membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif serta perilaku yang tidak sehat, serta mengembangkan strategi koping yang lebih baik.
  • Terapi Interpersonal dan Sosial (IPSRT): Terapi ini fokus pada perbaikan hubungan interpersonal dan manajemen rutinitas sehari-hari, yang dapat membantu mengatur mood.
  • Terapi Keluarga: Terapi ini melibatkan anggota keluarga untuk mendukung pemahaman dan pengelolaan gangguan bipolar, serta memperbaiki komunikasi dan hubungan dalam keluarga.
  1. Pendekatan Gaya Hidup
  • Pemantauan Suasana Hati: Menjaga jurnal atau aplikasi untuk melacak perubahan mood dan faktor-faktor pemicu dapat membantu dalam manajemen gejala.
  • Pola Tidur yang Konsisten: Mengatur rutinitas tidur yang teratur dapat membantu mengurangi fluktuasi mood.
  • Pengelolaan Stres: Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga teratur dapat membantu mengurangi stres yang dapat memicu episode bipolar.
  1. Dukungan Sosial
  • Dukungan Keluarga dan Teman: Dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting dalam proses pemulihan. Membuka komunikasi dengan keluarga dan teman dapat membantu mengurangi isolasi dan memberikan dukungan emosional.
  • Kelompok Dukungan: Bergabung dengan kelompok dukungan untuk penderita gangguan bipolar dapat memberikan rasa keterhubungan dan berbagi pengalaman dengan orang-orang yang memahami situasi yang sama.

Penulis: Priskila Theodora

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *