Ancaman Digital Meningkat, Indonesia Masuk 3 Besar Dunia Kasus Pornografi Anak

Bagikan Artikel

Jakarta, Bonarinews.com – Ruang digital yang seharusnya menjadi tempat belajar, berkreativitas, dan berinteraksi dengan aman, kini berubah menjadi ladang ancaman serius bagi anak-anak di Indonesia. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mencatat, Indonesia kini berada di peringkat ketiga dunia dalam kasus pornografi anak—sebuah indikator bahwa bahaya di dunia maya semakin mengkhawatirkan.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menyebut situasi ini sebagai alarm keras bagi pemerintah dan masyarakat. Peningkatan peringkat bukan tanda perbaikan, melainkan bukti bahwa ancaman digital terhadap anak semakin tidak terkendali.

“Kasus pornografi anak meningkat dan membuat Indonesia masuk peringkat tiga dunia. Ini sangat memprihatinkan dan menegaskan bahwa ruang digital kita belum aman,” ujar Woro di sela kegiatan kampanye anti–kekerasan di kawasan Kuningan, Jakarta, Sabtu (6/12/2025).

Menurut Woro, kejahatan terhadap anak di dunia maya berkembang pesat dengan pola yang makin beragam. Selain pornografi anak, banyak kasus lain yang merugikan, seperti perundungan digital, sextortion atau pemerasan seksual, hingga penyebaran data pribadi (doxing).

“Serangan digital terhadap anak semakin kompleks. Bullying, sextortion, dan doxing banyak sekali dilakukan melalui media sosial dan aplikasi pesan,” jelasnya.

Kondisi ini diperparah oleh rendahnya literasi digital di sebagian besar masyarakat. Minimnya pemahaman membuat anak-anak dan perempuan menjadi kelompok yang paling rentan terseret ke dalam kejahatan online.

Sementara itu, data nasional juga menunjukkan tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan. Survei Nasional Pengalaman Hidup Perempuan (SNPH) mencatat satu dari empat perempuan di Indonesia pernah mengalami kekerasan, baik di dunia nyata maupun digital.

Karena itu, Woro menekankan pentingnya membangun kesadaran dan kemampuan keluarga Indonesia dalam mengenali serta menghadapi ancaman digital. Literasi digital, kata dia, harus menjadi gerakan bersama.

“Kita perlu meningkatkan literasi digital untuk anak-anak, perempuan, dan masyarakat. Edukasi adalah benteng utama agar ruang digital bisa digunakan secara aman dan cerdas,” tegasnya.

Reporter: Lindung Silaban

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *