Medan, Bonarinews.com – Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir memicu 148 kejadian bencana alam di 12 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Data terbaru Polda Sumut per Rabu (26/11/2025) pukul 22.00 WIB menunjukkan, bencana yang terjadi antara lain tanah longsor, banjir, pohon tumbang, hingga angin puting beliung.
Dari kejadian tersebut, tercatat 175 warga terdampak langsung, dengan 34 orang meninggal dunia, 11 luka berat, 77 luka ringan, dan 52 orang masih dalam pencarian. Sementara 1.168 warga terpaksa mengungsi ke lokasi aman. Wilayah terdampak terparah meliputi Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Sibolga, dan Mandailing Natal.
Kombes Pol Ferry Walintukan, Kabid Humas Polda Sumut, menjelaskan, hujan deras yang terus mengguyur beberapa wilayah membuat tanah menjadi labil dan debit sungai meningkat. “Situasi ini sangat berisiko karena potensi longsor susulan masih tinggi. Kami mengimbau masyarakat tetap waspada dan segera mengungsi jika kondisi membahayakan,” ujarnya.
Polda Sumut telah menurunkan 1.030 personel gabungan untuk penanganan bencana. Mereka bertugas mengevakuasi warga terdampak, membuka akses jalan yang tertutup longsor, mengamankan lokasi, mengatur lalu lintas, serta mendirikan posko darurat dan pusat bantuan. Selain kepolisian, penanganan juga melibatkan TNI, BPBD, pemerintah daerah, relawan, dan masyarakat setempat.
Di beberapa titik, kondisi lapangan masih berat. Di Sibolga, puluhan warga dilaporkan hilang akibat banjir bandang, sementara tim SAR gabungan terus melakukan pencarian meski akses jalan tertutup dan hujan tak berhenti. Di Tapanuli Utara, personel Brimob membantu membuka jalan yang terhalang material longsor untuk mengevakuasi warga yang terisolasi.
Selain upaya penyelamatan, Polda Sumut juga menyiapkan bantuan kemanusiaan yang akan dikirim ke Taput, Tapteng, dan Sibolga pada Kamis (27/11). Bantuan meliputi makanan siap saji, selimut, obat-obatan, logistik kebutuhan dasar, serta perlengkapan evakuasi. Posko darurat dan pengungsian sementara telah didirikan untuk memudahkan distribusi bantuan.
Kombes Ferry menegaskan, data yang dirilis masih bersifat sementara karena beberapa wilayah belum bisa melaporkan kondisi lengkap akibat hujan deras dan akses terputus. Ia juga menekankan pentingnya koordinasi lintas instansi untuk mempercepat proses evakuasi dan distribusi bantuan.
“Warga yang tinggal di daerah rawan longsor dan bantaran sungai harus tetap waspada. Jangan menunggu hingga air naik atau tanah longsor terjadi. Keselamatan menjadi prioritas utama,” kata Kombes Ferry.
Bencana yang terjadi dalam tiga hari terakhir menjadi pengingat bagi seluruh warga dan pihak terkait bahwa perubahan cuaca ekstrem bisa terjadi cepat. Kewaspadaan, koordinasi, dan tindakan cepat menjadi kunci untuk meminimalkan risiko dan melindungi warga terdampak. (Lindung)