Ketika Hujan Tidak Lagi Sekadar Turun: Cerita Banjir dari Sumatera Hingga NTB

Bagikan Artikel

Bonarinews.com – Hujan di Indonesia biasanya disambut sebagai berkah. Air turun dari langit, sawah kembali basah, dan udara terasa lebih segar. Namun pekan ini, hujan di beberapa daerah berubah menjadi peringatan keras bahwa musim hujan kini membawa cerita berbeda. Dari Mandailing Natal hingga Lombok Tengah, aliran air yang meluap menggambarkan satu kenyataan: alam sedang berbicara, dan kita harus mendengarnya baik-baik.

Di Mandailing Natal, curah hujan tinggi membuat anak Sungai Aek Dolok meluap dan menenggelamkan permukiman di lima desa. Persawahan dan satu fasilitas pendidikan ikut terendam. Bukan hanya tentang air yang datang tiba-tiba, tetapi juga tentang kehidupan 71 keluarga yang harus menata ulang hari-harinya.

Di Aceh Selatan, banjir datang saat sebagian warga baru bersiap menjalani aktivitas rutin akhir pekan. Gampong Betung terendam hingga setengah meter. Rumah-rumah yang biasanya dipenuhi suara keluarga berubah sunyi oleh genangan air. BPBD datang, bukan hanya untuk asesmen, tetapi membawa rasa aman bagi warga yang cemas.

Di Pekanbaru, hujan membawa cerita lain: angin kencang ikut bermain. Atap-atap rumah terlepas, warga panik, dan sembilan keluarga harus mengungsi. Kehilangan tempat tinggal—even sementara—bukan hal kecil. Namun bantuan logistik cepat datang, memastikan mereka tidak berjalan sendiri.

Sementara itu, di Lombok Tengah, hujan turun lama dan tenang, tetapi diam-diam meninggalkan genangan besar yang menelan rumah warga. BPBD berjaga di sekitar lokasi, memantau kemungkinan evakuasi. Di balik setiap pintu rumah yang terendam, ada keluarga yang mencoba tetap tenang sambil berharap hujan segera berhenti.

Rangkaian banjir ini menunjukkan bahwa musim hujan di Indonesia tidak lagi seromantis suara air yang jatuh di atap rumah. Ia membawa pesan tentang perubahan cuaca, perubahan alam, dan kebutuhan kita untuk berubah pula—lebih siap, lebih peduli, lebih waspada.

BNPB sudah memberi imbauan: ikuti informasi resmi, pantau kondisi cuaca, dan jangan pernah anggap remeh genangan kecil yang cepat naik. Karena banjir bukan hanya soal air; ia soal kehidupan orang-orang yang harus tetap kuat menghadapi hari esok.

Musim hujan masih panjang. Dan kisah banjir hari ini semestinya menjadi pengingat bahwa alam selalu berbicara—tugas kita adalah mendengarkan. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *