Bayar Harga: Pelayanan Sebagai Panggilan, Bukan Sekadar Tugas

Bagikan Artikel

Oleh: LS Mardi Panjaitan, S.Pd, M.Si.

Pernahkah Anda bertanya: mengapa sebagian orang tampak selalu siap melayani, sementara yang lain mengeluh dan menunda? Rahasianya bukan di kenyamanan atau soal waktu luang, melainkan di panggilan yang lebih besar dari diri sendiri.

Pelayanan sering dipahami hanya sebagai aktivitas rohani atau daftar tugas yang harus diselesaikan. Banyak orang melihatnya sebagai jabatan atau kesempatan untuk mendapat pengakuan. Padahal, pelayanan sejati adalah panggilan—suatu kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada setiap orang yang Ia pilih.
.
Menjadi pengurus atau pelayan bukan kebetulan. Itu bukan karena tidak enak menolak, tidak karena disuruh senior, atau sekadar memiliki waktu luang. Ia adalah panggilan Ilahi, yang selalu datang dengan konsekuensi: ada harga yang harus dibayar.

Apa yang dimaksud dengan “bayar harga”? Banyak orang langsung berpikir soal materi atau uang. Sebenarnya, makna terdalamnya adalah memberikan diri sepenuhnya—waktu, kenyamanan, ego, dan kehendak—untuk Tuhan. Tiga hal utama yang saya pesankan dalam kegiatan pengutusan pengurus UP FMIPA, besok yakni:

Pertama, menyangkal diri. Menyangkal diri berarti melepaskan kenyamanan pribadi demi mengikuti Kristus. Bisa berupa bangun lebih pagi untuk berdoa, menunda hiburan untuk mempersiapkan pelayanan, atau berkata, “Bukan kehendakku, Tuhan, tapi kehendak-Mu.” Proses ini tidak mudah, tapi di sinilah karakter dan iman kita dimurnikan.

Kedua, setia di tengah tantangan. Tidak semua pelayanan berjalan mulus. Terkadang kita tidak dihargai, bahkan disalahpahami. Namun, di sinilah keteguhan hati dilatih. Kesetiaan diuji ketika persekutuan terasa berat, pelayanan sepi, hati kecewa, atau pilihan lain tampak lebih nyaman. Kesetiaan hari ini akan menjadi kesaksian besok.

Ketiga, melayani dengan hati. Pelayanan bukan untuk mencari pujian manusia, tetapi sebagai ekspresi kasih kepada Tuhan. Pengurus sejati tidak hanya bekerja keras, tetapi juga mendoakan orang yang dilayani. Mereka melayani agar Kristus nyata melalui hidup mereka, bukan agar terlihat hebat di mata orang lain.

Mengapa kita harus rela membayar harga? Ada tiga alasan utama. Pertama, Kristus telah lebih dulu membayar harga. Salib adalah bukti kasih yang berkorban total. Jika Yesus rela memberikan waktu, tenaga, dan nyawa-Nya, tentu kita tidak bisa keberatan memberikan sebagian hidup kita.

Kedua, kampus adalah ladang pelayanan. Banyak mahasiswa haus makna, tetapi mencarinya di tempat yang salah. Tuhan menempatkan pengurus pelayanan sebagai terang di lingkungan kampus, agar satu hidup yang taat bisa mengubah atmosfer di sekitarnya.

Ketiga, pelayanan adalah panggilan, bukan pilihan. Tidak ada yang menjadi pengurus karena jadwal kosong. Tuhan menempatkan setiap orang karena ada misi khusus, dan di dalam kelemahan kita, kuasa-Nya menjadi sempurna.

Tanda orang yang rela membayar harga antara lain: menyangkal diri, setia di tengah masalah, mau belajar, melayani dengan kasih, dan berkorban dengan sukacita. Ini bukan standar sempurna, tetapi menunjukkan seseorang berjalan dalam pemuridan yang sehat.

Apa yang harus dilakukan agar pelayanan tetap bertumbuh? Bangun disiplin rohani pribadi melalui doa, firman, dan persekutuan. Jaga kekompakan tim. Teguh dalam persekutuan meski sibuk atau lelah. Dan jangan berhenti di tengah jalan. Tuhan tidak mencari yang memulai banyak pelayanan, tetapi yang menyelesaikannya dengan setia.

Melayani memang mahal, tapi layak. Yesus tidak menjanjikan pelayanan mudah, tetapi Ia berjanji menyertai sampai akhir zaman. Saat kita rela membayar harga, kita sedang berinvestasi untuk kekekalan. Pelayanan bukan soal durasi aktif, tapi kedalaman ketaatan. Akhirnya, pelayanan bukan sekadar apa yang kita lakukan, tetapi siapa kita.

Bayar harga adalah gaya hidup setiap pengikut Kristus. Ketika kita rela kehilangan sesuatu demi Tuhan, di sanalah makna panggilan kita ditemukan. Jangan berhenti melayani sampai Tuhan sendiri menghentikan langkahmu. (#)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *