Bonarinews.com, TOBA — Di sebuah rumah sederhana di Desa Sigaol Timur, Kecamatan Uluan, suara lembut istri Junior Hasudungan Hasibuan terdengar lirih. Ia sedang menenun kain ulos, satu-satunya sumber penghasilan keluarga. Sementara di sudut ruangan, sang suami hanya bisa duduk bersandar, matanya kosong — bukan karena acuh, tapi karena sudah tak lagi bisa melihat dunia.
Empat tahun lalu, Junior divonis menderita kanker di batok kepala. Sejak itu, kehidupannya berubah drastis. Pekerjaan berhenti, tubuh melemah, dan harapan menipis. Di tengah kesulitan, keluarga ini tetap berusaha bertahan — hidup dari hasil kerja keras sang istri yang tak pernah menyerah.
Kisah pilu ini akhirnya sampai ke telinga Pemerintah Kabupaten Toba. Bukan lewat laporan formal, tapi dari kabar warga yang peduli. Dan dari situlah lahir gerakan kecil yang bermakna besar: aksi solidaritas para ASN yang secara sukarela mengumpulkan dana untuk membantu warga miskin yang tengah berjuang melawan penyakit.
Kamis (16/10/2025) siang, Wakil Bupati Toba, Audi Murphy Sitorus, bersama sejumlah kepala dinas, datang langsung ke rumah Junior. Tak ada seremonial, tak ada panggung — hanya pertemuan sederhana penuh empati.
“Kedatangan kami bukan sekadar memberi bantuan, tapi membawa semangat gotong royong. Ini bukan dari uang pemerintah, tapi hasil urunan ASN yang tergerak hatinya,” ujar Audi Murphy dengan nada tegas namun hangat.
Junior hanya bisa terdiam. Matanya memang tak lagi melihat, tapi air mata yang mengalir dari wajah istrinya cukup menggambarkan rasa haru yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Namun perjalanan rombongan belum usai. Sekitar 500 meter dari rumah Junior, ada kisah lain yang tak kalah mengguncang hati. Seorang anak berusia 11 tahun, berinisial HB, terbaring lemah di rumahnya. Ia terlahir tanpa alat kelamin — kondisi langka yang membuat hidupnya penuh tantangan sejak kecil.
HB baru saja menjalani operasi, dan pekan depan harus berangkat ke Medan untuk pengobatan lanjutan. Meski biaya medis ditanggung BPJS, keluarga tetap kesulitan menutup ongkos perjalanan dan kebutuhan selama perawatan.
Wakil Bupati kembali menyerahkan bantuan hasil donasi ASN. “Percayalah, Nak, masa depanmu masih panjang. Kamu akan sembuh dan menjadi anak yang kuat,” ucapnya menenangkan ibu dan anak itu.
Sang ibu, tak kuasa menahan tangis. “Terima kasih banyak, Pak. Kami sangat terbantu. Semoga Tuhan memberkati Bapak dan semua yang sudah peduli,” katanya sambil memeluk anaknya erat.
Bagi banyak orang, mungkin bantuan itu tidak seberapa. Tapi bagi mereka yang sedang berjuang di titik paling rendah, kepedulian sekecil apa pun bisa menjadi harapan besar.
Aksi solidaritas ini menjadi bukti, birokrasi pun bisa bergerak dengan hati, bukan hanya dengan aturan. Bahwa di balik meja kantor, masih ada nurani yang hidup dan mau turun langsung melihat penderitaan warganya.
Bukan tentang besar kecilnya bantuan, tapi tentang keberanian untuk peduli — karena kadang, empati yang nyata jauh lebih menyembuhkan daripada kebijakan yang megah di atas kertas. (Redaksi)