Ketika Wasit Berlisensi Gagal Menegakkan Keadilan di Lapangan Mini Soccer

Bagikan Artikel

Oleh: Redaksi

Turnamen Mini Soccer Desa Nangahale Cup 2025 kembali menyedot perhatian publik, bukan karena euforia permainan yang menghibur, melainkan karena keputusan kontroversial wasit berlisensi yang dianggap mencederai nilai-nilai keadilan di lapangan.

Pertandingan antara One Peace FC dan Sembur Paus 1 FC pada laga Semi Final pada Selasa (14/10/2025), di Lapangan Marannu Desa Nangahale, Sikka, sore itu menjadi contoh nyata bagaimana kesalahan pengambilan keputusan seorang pengadil dapat mengubah suasana pertandingan yang semula sportif menjadi panas dan penuh kekecewaan.

Gol One Peace FC yang Sah, tapi Diprotes Tanpa Sanksi

One Peace FC lebih dulu membuka keunggulan melalui tendangan keras Miranto dari sisi kiri lapangan. Bola meluncur deras, menembus pertahanan lawan, dan jelas melewati garis gawang Sembur Paus 1 FC. Rekaman video dari penonton di tribun pun memperkuat fakta bahwa gol itu sah dan murni hasil permainan bersih.

Namun keputusan wasit yang menyatakan gol sah justru memantik reaksi keras dari official Sembur Paus 1 FC. Salah satu di antara mereka bahkan terlihat membanting papan banner turnamen di pinggir lapangan.

Anehnya, wasit tidak mengambil tindakan apa pun—tidak kartu, tidak peringatan, seolah kejadian itu diabaikan begitu saja.

Padahal menurut FIFA Law 12 (Disciplinary Action), tindakan agresif atau protes tidak sopan dari pemain maupun official wajib dijatuhi sanksi disiplin.

Benturan Keras dan Gol Kontroversial ke Gawang One Peace FC

Ketegangan belum mereda ketika dalam situasi berikutnya, Sembur Paus 1 FC melancarkan serangan balik dengan bola uman pelan ke depan gawang One Peace Fc.

Kiper One Peace FC, Iwan, sudah lebih dulu menguasai bola dengan kedua tangannya. Namun, pemain lawan datang dari arah samping kanan depan dan menyikut bagian pinggang Iwan, menyebabkan bola terlepas dan bergulir masuk ke gawang.

Bukannya meniup peluit tanda pelanggaran, wasit J justru mengesahkan gol tersebut.

Benturan itu menyebabkan Iwan kesakitan di bagian pinggang dan pergelangan tangan juga jari-jarinya meski tidak ditemukan memar. Ia bahkan sempat terbaring lama di lapangan, hingga rekan-rekannya meminta tim medis datang.

Protes keras pun tak terhindarkan. Salah satu official One Peace FC Yadri yang mencoba menyampaikan keberatan malah diberikan kartu merah oleh wasit.

Jawaban Wasit Bikin Publik Geram

Ketika kapten One Peace FC Fachrudin meminta klarifikasi atas keputusan itu, wasit J justru memberikan jawaban yang mengejutkan.

“Saya juga tidak lihat, wasit juga tidak luput dari kesalahan,” ujar J di tengah lapangan, setelah dikonfirmasi beberapa pemain One Peace Fc.

Pernyataan ini sontak mengundang reaksi keras dari para penonton dan tim yang merasa dirugikan. Bagaimana mungkin seorang wasit berlisensi resmi bisa mengambil keputusan penting tanpa melihat langsung insiden krusial di depan matanya? Pertanyaan tentang kompetensi dan integritas kepemimpinan J pun mencuat ke permukaan.

Komentar Manajer One Peace FC: “Ini Bukan Soal Menang atau Kalah”

Manajer One Peace FC, Faidin, dengan nada kecewa menilai keputusan wasit telah menodai semangat fair play yang menjadi roh turnamen desa.

“Ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal keadilan. Kalau wasit berlisensi saja bisa mengambil keputusan seperti ini, bagaimana nasib pemain-pemain muda yang belajar dari turnamen ini?” ujar Faidin usai pertandingan.

Ia menambahkan, pihaknya tidak mempermasalahkan hasil akhir meski berimbang 1-1 sesuai keputusan wasit, namun berharap panitia turnamen mengevaluasi kinerja perangkat pertandingan agar kejadian serupa tidak terulang.

“Kami hanya ingin pertandingan berjalan adil. Kiper kami cedera, official kami dihadiahi kartu, sementara tim lain bebas meluapkan emosi tanpa sanksi. Kalau seperti ini, lisensi wasit tak ada artinya,” tegasnya.

Lisensi Tak Selalu Berbanding Lurus dengan Integritas

Kasus ini menunjukkan, lisensi bukan jaminan atas profesionalitas. Wasit J, meski disebut berlisensi resmi, gagal menunjukkan ketegasan dan kejelian dalam dua situasi berbeda: mengabaikan pelanggaran terhadap kiper dan tidak menindak official yang bertindak agresif.

Dalam aturan FIFA (Laws of the Game 2024/25) disebutkan:

  1. Law 12 – Pelanggaran terhadap Kiper

“A goalkeeper is considered in control of the ball when holding it with both hands. Any challenge on the goalkeeper in control of the ball constitutes a foul.”

Dengan demikian, siku terhadap kiper yang telah menguasai bola jelas pelanggaran. Gol yang dihasilkan dari insiden tersebut seharusnya tidak sah.

  1. Law 5 – Perlindungan terhadap Pemain Cedera

“The referee must stop play if a player is seriously injured and ensure safe removal from the field.”

Artinya, wasit seharusnya menghentikan pertandingan saat kiper terlihat kesakitan, bukan melanjutkan permainan hingga bola masuk gawang.

Keadilan yang Retak di Lapangan Desa

Turnamen Pordes Mini Soccer Nangahale Cup seharusnya menjadi ajang persaudaraan dan pembinaan pemuda di dunia sepak bola meski diselenggarakan di desa, bukan tempat di mana peluit wasit menjadi sumber kontroversi.

Wasit boleh manusia, tetapi kesalahan dalam mengambil keputusan di momen penting bukan sekadar kekhilafan — melainkan tanggung jawab profesional. Ketika peluit dibunyikan tanpa keadilan, sportivitas pun kehilangan makna.

Saat Peluit Tak Lagi Netral

Peluit wasit adalah simbol netralitas dan ketegasan. Namun,di lapangan Marannu Nangahale sore itu, peluit justru berubah menjadi simbol kebingungan dan ketimpangan keputusan.

FIFA menegaskan: tugas utama wasit adalah menjamin keadilan, keselamatan, dan integritas permainan.
Ketika semua itu diabaikan, maka setiap pertandingan — sekecil apa pun — akan kehilangan jiwanya.

Publik kini berharap panitia turnamen dan asosiasi perangkat pertandingan desa segera melakukan evaluasi.

Sebab di balik satu keputusan yang keliru, ada pemain yang cedera, ada tim yang dirugikan, dan ada kepercayaan masyarakat yang dipertaruhkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *