Bonarinews.com, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 26 kejadian bencana terjadi di Indonesia dalam kurun waktu 24 jam, mulai 9 Oktober 2025 pukul 07.00 WIB hingga 10 Oktober 2025 pukul 07.00 WIB. Dari jumlah tersebut, 13 di antaranya berdampak signifikan terhadap masyarakat di berbagai daerah.
Kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia masih dipengaruhi dinamika atmosfer dan suhu muka laut yang hangat, memicu pembentukan awan hujan di sejumlah daerah. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sementara itu, kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku masih dilanda kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan akibat rendahnya curah hujan.
Di Jawa Timur, angin kencang melanda Kabupaten Mojokerto pada Kamis (9/10), berdampak pada dua kecamatan dan empat desa. Sebanyak 47 kepala keluarga terdampak, satu orang luka-luka, dan 47 rumah rusak ringan hingga berat. BPBD setempat masih melakukan penanganan di lapangan.
Gempa bumi yang mengguncang Jawa Timur pada Kamis (2/10) juga menimbulkan dampak cukup besar di enam kabupaten dan satu kota. Tiga orang luka-luka, lebih dari 500 rumah rusak, dan lebih dari 1.300 jiwa mengungsi. Pemerintah Kabupaten Sumenep telah menetapkan status tanggap darurat hingga 3 November 2025, dengan pendampingan langsung dari BNPB.
Sementara itu, bangunan roboh di Kabupaten Sidoarjo pada Minggu (6/10) masih menjadi perhatian utama. Dari 61 korban meninggal dunia, 48 orang dan dua bagian tubuh telah berhasil diidentifikasi. Proses pencarian dan identifikasi terus dilakukan dengan pengawasan langsung dari Kepala BNPB dan jajaran Deputi Penanganan Darurat.
Di wilayah timur Indonesia, aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, kembali meningkat. Gunung tersebut mengalami erupsi pada Kamis (9/10) pukul 20.53 WITA dengan kolom abu kelabu tebal dan lontaran material pijar dari kawah utama. Sebanyak 807 kepala keluarga atau 3.131 jiwa masih mengungsi. Status gunung tetap berada di Level III (Siaga).
Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah juga masih meluas sejak akhir Juli. Total area terbakar telah mencapai lebih dari 1.000 hektare di 13 kabupaten dan satu kota. Status Siaga Darurat berlaku hingga 20 Oktober 2025. Tim gabungan dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, dan masyarakat terus berupaya melakukan pemadaman di titik-titik baru.
Banjir bandang di Kabupaten Nagekeo, NTT, pada 1 Oktober masih menyisakan dampak besar. Enam orang meninggal dunia, tiga orang hilang, dan 22 orang luka-luka. Puluhan rumah hanyut dan sejumlah infrastruktur rusak berat. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi masih berjalan, sementara distribusi bantuan terus dilakukan.
Di Jawa Tengah, kekeringan yang melanda Kabupaten Sragen dan Klaten sejak awal September belum mereda. Ribuan kepala keluarga masih membutuhkan suplai air bersih. BPBD telah menyalurkan bantuan air melalui ratusan tangki untuk memenuhi kebutuhan warga.
BNPB mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat, banjir, longsor, dan angin kencang di wilayah barat dan tengah Indonesia. Sementara itu, masyarakat di wilayah selatan dan timur diimbau tetap siaga terhadap kekeringan dan karhutla.
BNPB bersama BPBD, TNI, Polri, dan instansi terkait terus memperkuat koordinasi, mempercepat penanganan darurat, serta memastikan kebutuhan dasar masyarakat terdampak terpenuhi. (Redaksi)