Bonarinews.com, Medan – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) tak mau lagi harga cabai dan komoditas pangan lain terus “bermain liar”. Lewat program Jaminan Stabilisasi Harga Komoditi Pangan (JASKOP), Pemprov Sumut menegaskan siap melindungi petani dari harga jatuh sekaligus menjaga kantong masyarakat agar tidak terkuras.
“Petani jangan sampai rugi, tapi harga di pasar juga jangan mencekik. Inflasi harus tetap terkendali,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sumut Effendy Pohan dalam konferensi pers di Lobby Dekranasda Sumut, Kamis (18/9/2025).
Data BPS mencatat inflasi Sumut pada Agustus 2025 tembus 4,42 persen. Lagi-lagi, pangan jadi biang utamanya. Menjawab persoalan itu, Pemprov Sumut meluncurkan langkah konkret: membangun 10 unit solar dryer dome (SDD) di Batubara dan Karo — dua daerah penghasil cabai merah terbesar.
“Solar dryer dome akan memperpanjang umur simpan cabai merah, jadi tidak buru-buru dijual murah saat panen melimpah. Nilai jual bisa naik,” ujar Kepala Bidang Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Sumut, Lambok Turnip. Lima unit akan dibangun di Batubara, lima di Karo, dan ditargetkan selesai Desember.
SDD bakal dikelola Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan dukungan distribusi dari BUMD. “BUMD harus turun tangan supaya manfaatnya maksimal,” tegas Lambok.
Kepala Dinas Perindag Sumut, Fitra Kurnia, juga menyebut pemantauan harga kini tak lagi manual. Sistem Pemantauan Pasar Kemendag otomatis memberi sinyal jika harga bergerak liar. “Contoh ayam: saat harga dari Rp28 ribu naik ke Rp30 ribu, sistem langsung warning. Walau masih di bawah HET, kami cepat turun tangan supaya harga tidak melonjak,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Sumut, M Zakir Syarif Daulay, menekankan perlunya kolaborasi dengan pelaku unggas agar harga ayam dan telur tak lagi jadi pemicu inflasi. “Peternak, pedagang, masyarakat — semua harus diuntungkan,” ujarnya.
Dengan gebrakan ini, Pemprov Sumut memberi sinyal keras: harga pangan tak boleh lagi jadi permainan spekulan. Petani harus tersenyum saat panen, dan warga tetap bisa belanja tanpa khawatir harga melesat. (Dedy Hu)