Sri Mulyani Diganti: Bagaimana Masa Depan Ekonomi Kita?

Bagikan Artikel

Bonarinews.com, — Reshuffle kabinet sore ini menggemparkan publik. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan yang selama hampir satu dekade menjadi simbol kredibilitas fiskal Indonesia, resmi digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa. Keputusan ini memicu pertanyaan besar: apa arti pergeseran ini bagi arah ekonomi nasional? Apakah pergantian ini sekadar manuver politik, atau langkah strategis untuk menjawab tantangan ekonomi ke depan?

Sri Mulyani bukan sekadar menteri. Ia adalah wajah Indonesia di mata dunia. Kendati di dalam negri banyak diprotes, tapi reputasinya di mata Bank Dunia dan konsistensinya menjaga disiplin anggaran membuat Indonesia dipercaya pasar global. Keberadaannya memberi sinyal stabilitas, bahkan saat ekonomi diguncang pandemi dan tekanan fiskal. Karena itu, kepergiannya tentu bukan kabar kecil.

Purbaya Yudhi Sadewa, penggantinya, datang dengan latar belakang berbeda. Sebagai ekonom yang lama berkecimpung di BUMN, ia dikenal dekat dengan lingkar kekuasaan. Pertanyaan mendesak pun muncul: apakah ia mampu melanjutkan kredibilitas fiskal yang telah dibangun, sekaligus memenuhi janji politik Presiden yang membutuhkan ruang fiskal lebih besar?

Konteksnya jelas: ekonomi Indonesia menghadapi tekanan berlapis. Defisit anggaran membayangi, utang publik terus naik, beban subsidi makin berat, sementara ketidakpastian global belum reda. Di tengah kondisi ini, Kementerian Keuangan memegang peran kunci. Setiap perubahan figur akan langsung diuji oleh pasar, investor, hingga rakyat kecil yang merasakan harga pangan dan energi.

Pergantian ini bukan sekadar soal kursi. Ini soal arah kebijakan: dari disiplin fiskal yang ketat ke kemungkinan fleksibilitas lebih besar demi menampung janji-janji populis. Ada sisi positif—fleksibilitas bisa memberi ruang lebih bagi program pro-rakyat. Namun ada pula sisi gelap—longgarnya disiplin fiskal bisa mengguncang stabilitas ekonomi, bahkan menurunkan kepercayaan internasional yang susah payah dibangun.

Kita perlu ingat: ekonomi bukan sekadar angka di APBN, tetapi kehidupan nyata rakyat. Harga beras, biaya listrik, akses lapangan kerja—semua bergantung pada keberanian pemerintah menjaga keseimbangan antara politik dan kebijakan.

Pada akhirnya, siapapun menterinya, masa depan ekonomi kita yang dipertaruhkan. Presiden Prabowo dan tim ekonominya harus membuktikan bahwa reshuffle ini bukan sekadar bagi-bagi kursi, melainkan keputusan berani untuk menyehatkan ekonomi. Transparansi, konsistensi, dan keberpihakan pada rakyat harus tetap menjadi kompas.

Sejarah akan mencatat: apakah pergantian ini menjadi awal stabilitas baru, atau justru pintu masuk ketidakpastian yang lebih dalam. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *