Oleh: Vicky Rifai Adriansyah¹
Hidup lebih lama di dunia menjadi nilai bonus dalam hidup itu sendiri. Memiliki umur yang panjang bagi manusia adalah sebuah anugerah. Rata – rata harapan hidup manusia ada di rentang umur 60 – 75 tahun. Memang ada yang melampaui rentang umur tersebut itupun hanya sebagian kecil.
Orang yang menua umumnya menjadi sangat rentan terhadap penyakit. Namun, saat ini di Indonesia, sedang trend istilah ‘remaja jompo’. Istilah ini bukan berarti remaja di Indonesia memiliki wajah yang tua. Remaja jompo adalah istilah yang menggambarkan kondisi anak – anak muda yang sangat rentan terhadap penyakit.
Penyakit yang diderita bukan penyakit yang mematikan, namun penyakit seperti sakit pinggang, mudah lelah, sering mengantuk dan lain sejenisnya. Anak – anak muda yang sudah rentan ini dijuluki sebagai ‘remaja jompo’. Mengapa anak – anak muda mengalami kondisi ‘jompo’ lebih cepat?
Banyak orang beranggapan bahwa saat ini anak-anak muda cenderung malas karena perilakunya dipengaruhi oleh teknologi. Teknologi dituding sebagai penyebab anak-anak muda malas bergerak. Hal ini karena dengan menggunakan ponsel mereka, mereka bisa melakukan segalanya. Mulai dari memesan makanan, berbelanja, sampai membayar tagihan. Teknologi dianggap telah menjadikan generasi sekarang menjadi menua lebih cepat karena mobilitas fisik yang lambat.
Tetapi, ada faktor yang sangat jarang dibicarakan oleh orang banyak. Faktor itu adalah kalimat verbal yang menciptakan sugesti pada anak–anak muda. Kalimat itu adalah ‘selagi masih muda’. Kalimat ini sering sekali kita dengar dari orang tua, teman, bahkan di dunia maya. Kalimat ini ditujukan kepada anak – anak muda supaya mereka memanfaatkan masa muda dengan maksimal.
Kalimat itu membuat banyak anak muda terlena dengan usia muda mereka. Saat usia masih muda dianggap sebuah masa yang tak tergantikan, dan sayangnya harus diisi dengan memakan apapun, minum – minuman sembarangan, sampai kurang dalam beristirahat.
Hal ini dilakukan dengan dalih tadi: ‘masih muda’. Masa muda dianggap hanya datang sekali dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan mencoba segala hal sebelum kelak menjadi tua meski dengan melakukan kebiasaan yang kurang sehat. Gairah anak muda yang sangat besar untuk mengetahui segalanya menjadi bahan bakar. Hal ini membuat lama – kelamaan kondisi anak-anak muda banyak yang memburuk dan malah mulai mengidap penyakit.
Belajar dari buku hasil tulisan Hector Garcia dan Francesc Miralles berjudul ‘Ikigai’ yang mengungkap rahasia orang Jepang (khususnya di Pulau Okinawa) yang memiliki centenarian (orang-orang yang rara-rata berusia 100 tahun atau lebih) terbanyak di dunia.
Buku ini mengungkap rahasia dari kaum centenarian di Jepang sehingga dapat mencapai umur yang panjang dan tidak memiliki keluhan yang berarti pada tubuhnya. Intinya adalah pada kebiasaan baik yang mereka jaga sejak masih muda. Kebiasaan baik ini membentuk tubuh mereka tetap prima dan bisa tetap berdaya walaupun usia mereka tidak muda lagi.
Kebiasaan baik itu adalah berolahraga, memakan – makanan yang sehat, minum – minuman beralkohol dengan bijak, tidur dengan cukup, dan senang dalam menjalani hidup sehari – hari. Kebiasaan yang mereka lakukan bukanlah kebiasaan menuntut diri untuk sangat ketat dalam menjalani gaya hidup sehat seperti melakukan marathon tiap hari, hanya memakan sayur – sayuran, atau berpantang meminum alkohol.
Gaya hidup sehat yang dipraktikkan oleh para kaum centenarian dan orang Jepang pada umumnya adalah gaya hidup yang sangat mudah untuk ditiru. Berolahraga yang direkomendasikan adalah ‘tetap bergerak’ artinya tidak harus memaksa tubuh untuk melakukan olahraga dengan intensitas tinggi seperti marathon atau angkat beban.
Namun sekadar berkebun, berjalan – jalan, yoga, bahkan sesederhana menyukai untuk berjalan kaki ketika mau berbelanja ke pasar atau swalayan dibandingkan menggunakan kendaraan. Orang jepang dalam urusan makanan sangat menghindari mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) dan memilih untuk memakan makanan yang memang mereka olah sendiri atau ‘real food’. Mereka juga tidak menghindari minuman ber-alkohol, namun mereka membatasi mengkonsumsi minuman ber-alkohol sebanyak 1 – 2 gelas per-hari (porsi yang pas bagi tubuh).
Orang Jepang tidur dengan cukup setiap harinya dan begadang hanya jika sangat perlu. Dan yang paling penting adalah menjalani hidup sehari – hari dengan bahagia. Stress adalah kondisi yang berdampak pada tubuh dan sel – sel dalam tubuh menua lebih cepat. Kumpulan kebiasaan ini mereka jaga sejak mereka masih muda hingga pada akhirnya mereka pantas menyandang gelar centenarian.
Kesimpulannya adalah memang menjadi tua adalah takdir. Namun menjadi tua yang berdaya adalah pilihan yang telah ditentukan sejak masih muda. Kalimat ‘selagi masih muda’ yang sering diterjemahkan untuk mencoba segalanya bahkan dengan tidak memperhatikan kesehatan sendiri harus diubah.
Masa muda harusnya dimanfaatkan dengan sangat maksimal namun tetap dengan takaran yang pas agar setiap orang tidak menua dan menjadi lemah. Kebiasaan untuk mau berolahraga, menjaga pola makan, bijak dalam mengkonsumsi alkohol, tidur yang cukup, dan berbahagia adalah pola hidup yang harus dibangun selagi masih muda.
Dengan menerapkan pola hidup sehat ini para remaja bisa terhindar dari golongan ‘remaja jompo’ yang sedang trend saat ini.
¹Penulis adalah mahasiswa S1 Prodi Antropologi Sosial FISIP USU