Men Sana In Corpore Sano, Masih Relevankah?

Bagikan Artikel

Oleh : Vicky Rifai Adriansyah¹

Kesehatan mental adalah topik tentang kesehatan yang sering diperbincangkan beberapa tahun terakhir. Gangguan kesehatan mental banyak dialami oleh anak – anak muda sekarang atau gen Z.

Menurut World Health Organization (WHO) sebanyak 14% anak muda berusia 10 – 19 tahun mengalami gangguan mental. Artinya 1 dari 7 anak muda mengalami gangguan mental, disadari maupun tidak disadari. Penyebabnya bisa dari berbagai macam sisi. Mulai dari kehidupan keseharian mereka yang menyebabkan mereka mengalami gangguan mental atau bisa juga diakibatkan oleh maraknya relasi negatif yang sehari – hari terjadi ataupun dari sosial media.

Bahkan karena maraknya penyakit mental menyerang anak muda kepada gen Z sering disematkan sebutan sebagai ‘generasi strawberry’. Generasi strawberry memiliki makna bahwa gen Z terlihat indah dari luar tetapi ternyata tidak memiliki mental yang kuat selayaknya strawberry yang indah dari luar dan lembut di dalam.

Pertanyaannya adalah mengapa Gen Z paling banyak mengalami gangguan mental dibandingkan generasi sebelumnya? Pertanyaan ini tidak bisa kita jawab tanpa membahas bagaimana gen Z hidup saat ini. Kemajuan teknologi, kemudahan mengakses informasi adalah kemudahan yang dimiliki oleh generasi saat ini.

Digital native adalah istilah yang sangat cocok bagi gen Z yang terpapar dengan dunia digital mulai dari mereka lahir sampai dewasa. Mereka tumbuh bersama dengan teknologi. Kemudahan dari teknologi membuat mereka lebih mudah untuk segala hal mulai dari mengakses informasi sampai untuk menjalani kehidupan sehari – hari. Tetapi, kemudahan teknologi tidak hanya membawa keuntungan bagi gen Z tetapi kerugian yang menyertainya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi memberikan kemudahan bagi manusia untuk berinteraksi dengan banyak orang dengan platform sosial medianya. Sosial media membuat semua orang dapat melihat apa yang kita unggah di dalamnya. Seringkali kita hanya melihat dan hanya akan membagikan momen bahagia kita ke dalam sosial media.

Tetapi hal ini sering membuat sebagian orang akhirnya membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain yang berada di sosial media. Bahkan terkadang dia tidak mampu membedakan fakta atau hanya sekedar unggahan di sosial media tersebut.

Maka dampak dari membandingkan diri kepada orang lain adalah gejala kecemasan. Memikirkan tentang masa depan yang tidak kunjung tercapai ditambah dengan membandingkan diri kita dengan orang lain yang sudah mencapai masa depannya jelas menghadirkan masalah psikologis.

Tidak hanya itu hadirnya teknologi juga memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk menjalani kehidupan sehari – hari. Teknologi yang berkembang saat ini sangat memanjakan manusia. Layanan online membuat kita tidak harus mengunjungi tempat pembelian untuk membeli sebuah produk.

Misalnya layanan food delivery yang memberikan pelayanan untuk mengantarkan pesanan sampai di depan rumah hanya dengan memesannya melalui handphone. Kita tidak harus datang ke gerai makanannya untuk memesan, hanya tinggal ‘click’, beberapa saat makanan akan sampai di depan pintu rumah kita.

Layanan delivery ini tersedia di hampir setiap kebutuhan sehari – hari kita. Akibatnya, layanan ini membuat kita enggan untuk bergerak. Kita sangat dilayani oleh teknologi sehingga kita tidak memiliki alasan untuk melakukan aktivitas lebih. Akibatnya kita menjadi semakin malas bergerak dan pada akhirnya bisa membuat kita secara fisik menjadi tidak sehat.

Maka bisa dibayangkan, gangguan psikologis tidak diimbangi pula dengan aktifitas fisik. Padahal untuk sehat secara psikologis, sejatinya perlu menyehatkan fisik. ‘Men sana in corpore sano’ pepatah latin ini tidak asing bagi kita.

Pepatah ini memiliki arti ‘di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat’. Pepatah ini memiliki makna yang sangat fungsional di era sekarang. Manusia yang semakin rentan untuk mengalami gangguan mental, semakin buruk keadaannya karena secara fisik menjadi cenderung tidak sehat.

Men sana in corpore sano memberikan solusi bagi kita yang rentan terkena penyakit mental agar seharusnya menjaga tubuh kita tetap sehat dan kuat. Riset yang dilakukan oleh Kansas State University dan Medical College of Georgia menemukan bahwa dengan melakukan kegiatan fisik, akan dapat membantu menyembuhkan gejala gangguan mental.

Dengan melakukan kegiatan fisik seperti berjalan, berlari, berenang, dan kegiatan fisik lainnya, seseorang akan dapat melepaskan hormon endorphine yang bisa membuat moodnya menjadi lebih baik sehingga lebih siap menghadapi paparan yang mempengaruhi psikologisnya.

Tidak hanya itu, manfaat melakukan kegiatan fisik bagi mereka yang berisiko atau telah mengalami gangguan mental adalah dapat menukar kegiatan dengan hal yang positif, sehingga tidak hanya menghabiskan waktu untuk memegang handphone saja. Dengan beraktifitas secara fisik, goals dari olahraga yang dilakukan juga terbentuk sehingga seseorang belajar memiliki mental yang mengarahkan diri pada tujuan untuk melakukan hal lain besok hari.

Memiliki tubuh yang sehat merupakan salah satu obat yang manjur bagi gangguan penyakit mental. Dengan meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan fisik selama 45 menit sampai 1 jam dalam sehari bisa memberikan banyak manfaat bagi tubuh kita sendiri.

Memiliki tubuh yang sehat tidak hanya akan membebaskan diri kita dari penyakit namun juga bisa melepaskan diri dari gangguan psikologis di era bersosial media ini. Walaupun ‘men sana in corpore Sano’ adalah pepatah yang sudah ada sejak lama tetapi maknanya masih bisa kita gunakan untuk mengobati penyakit masa kini. (#)

¹Penulis adalah Mahasiswa S1 Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *