Ditulis Oleh Rigop Darmiko[1]
Tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya menjadi anak yang bermasalah di sekolah. Tetapi realitanya tidak semua anak-anak kita menjadi anak-anak yang tumbuh dengan perilaku baik dan mengikuti aturan-aturan serta memiliki prestasi yang baik. Ketika pembagian raport, tidak sedikit orangtua yang merasa kecewa menerima laporan keberadaan anak-anaknya yang bermasalah. Tentu para orangtua yang mendapatkan laporan ini tidak mengunggah tentang anaknya yang bermasalah di media social. Sebelum memulai kembali tahun pelajaran baru, mari belajar sejenak apa itu anak yang bermasalah? Mengapa anak kita menjadi anak yang bermasalah? dan sebagai orangtua bagaimana kita menyikapinya? Artikel ini juga baik untuk para guru dalam memahami dan menyikapi anak-anak yang kita sebut anak bermasalah agar kita memiliki perspektif baru dalam menolongnya di tahun ajaran baru.
Anak-anak yang dianggap bermasalah di sekolah sering kali menjadi tantangan besar bagi guru dan orangtua. Memahami perilaku mereka dari sudut pandang psikologis dapat membantu dalam mengatasi masalah ini dengan cara yang lebih efektif dan mendukung perkembangan anak. Alfred Adler, seorang psikolog terkenal, mengemukakan teori lima tahapan perilaku bermasalah yang dapat digunakan sebagai panduan untuk memahami dan menghadapi anak-anak yang bermasalah.
Lima Tahapan Perilaku Bermasalah Menurut Alfred Adler dan bagaimana menyikapinya:
- Tahap Mencari Perhatian. Pada tahap ini, anak-anak berusaha mendapatkan perhatian dengan cara yang negatif karena mereka merasa bahwa perhatian adalah bentuk cinta. Mereka mungkin sering mengganggu pelajaran atau menunjukkan perilaku yang mencari perhatian. Jika orangtua atau guru mulai melihat ini pada diri seorang anak penting bagi mereka untuk memberikan perhatian positif dan memuji perilaku baik anak. Mengabaikan perilaku mencari perhatian yang negatif dan memberikan perhatian saat anak berperilaku positif dapat membantu mengurangi kebutuhan anak untuk mencari perhatian dengan cara yang salah. Jadi selama libur sekolah ini, orangtua jangan terus menerus mengungkit laporan buruk dari sekolah. Fokuslah memuji hal-hal baik yang dilakukan anak sekecil apapun itu. Dan para guru ketika memasuki ajaran baru sebaiknya melihat anak sebagai pribadi yang baru tidak terus melabeli anak sebagai anak nakal dan mengungkit kesalahan-kesalahan. Mulailah memuji hal baik yang terlihat di hari pertama.
- Tahap Kekuasaan. Anak-anak dalam tahap ini berusaha mendapatkan kekuasaan dan kontrol. Mereka mungkin sering menantang otoritas guru atau orangtua dan berusaha menunjukkan bahwa mereka memiliki kendali atas situasi. Pada tahapan ini guru dan orangtua harus tetap tegas namun adil. Menetapkan batasan yang jelas dan konsisten serta memberikan pilihan yang memungkinkan anak merasa memiliki kontrol dapat membantu mengurangi perilaku bermasalah. Penting juga untuk mengajarkan anak keterampilan negosiasi dan kompromi.
- Tahap Pembalasan. Anak-anak pada tahap ini mungkin merasa tidak dihargai atau diperlakukan tidak adil sehingga mereka berusaha membalas dendam melalui perilaku bermasalah. Mereka mungkin sering terlibat dalam konflik dan menunjukkan perilaku agresif. Menunjukkan empati dan memahami perasaan anak sangat penting di tahap ini. Mengajarkan anak cara yang sehat untuk mengungkapkan perasaan dan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan dapat membantu mengurangi dorongan untuk membalas dendam. Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung juga sangat penting. Selama liburan para orangtua dapat menggunakan kesempatan untuk menjadikan rumah sebagai lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak dalam menyelesaikan masalah dengan baik sehingga dia tidak selalu berpikir untuk melakukan pembalasan.
- Tahap Menarik Diri. Anak-anak yang merasa bahwa mereka tidak dapat memenuhi harapan atau mencapai keberhasilan mungkin akan menarik diri dari interaksi sosial dan aktivitas. Mereka sering menunjukkan sikap pasif dan tidak mau berpartisipasi. Mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan yang mereka sukai dan memberikan dukungan emosional sangat penting. Memberikan pujian untuk usaha yang dilakukan, bukan hanya hasil yang dicapai, dapat membantu membangun rasa percaya diri anak. Menyediakan kesempatan bagi anak untuk meraih keberhasilan kecil juga dapat memotivasi mereka.
- Tahap Menghindari Kegagalan. Anak-anak pada tahap ini takut mengalami kegagalan sehingga mereka menghindari tantangan atau tugas yang sulit. Mereka mungkin sering menyerah sebelum mencoba atau menunjukkan ketakutan yang berlebihan terhadap kegagalan. Mengajarkan anak bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar dan memberikan dukungan saat mereka menghadapi tantangan sangat penting. Membangun mentalitas growth mindset, di mana anak memahami bahwa kemampuan dapat berkembang melalui usaha, dapat membantu mengurangi ketakutan terhadap kegagalan. Memberikan contoh bagaimana mengatasi kegagalan dengan cara yang konstruktif juga sangat bermanfaat.
Menghadapi anak-anak yang bermasalah di sekolah memerlukan pendekatan yang penuh kasih dan pengertian. Dengan memahami lima tahapan perilaku bermasalah menurut teori Alfred Adler, guru dan orangtua dapat lebih efektif dalam membantu anak-anak mengatasi masalah mereka. Memberikan perhatian positif, menetapkan batasan yang konsisten, menunjukkan empati, mendorong partisipasi, dan membangun mentalitas growth mindset adalah langkah-langkah penting dalam mendukung perkembangan anak yang sehat dan positif. Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak dapat belajar untuk mengatasi masalah mereka dan berkembang menjadi individu yang percaya diri dan berfungsi baik di lingkungan sosial mereka.
[1] Penulis adalah Konselor di Lembaga Perkantas tinggal di Rantauprapat