Jakarta, Bonarinews.com – Polusi udara di Jakarta semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan terbaru dari IQAir, kualitas udara di Jakarta mencapai 156 AQI US, yang dikategorikan tidak sehat. Polusi ini terutama disebabkan oleh asap kendaraan bermotor yang banyak digunakan warga.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta menyebabkan polusi udara semakin parah. Selain itu, aktivitas industri juga turut berkontribusi. Polutan seperti partikel PM2.5, nitrogen dioksida (NO2), dan karbon monoksida (CO) bisa menyebabkan penyakit serius, termasuk masalah pernapasan dan jantung. Anak-anak dan orang tua adalah kelompok yang paling rentan terkena dampaknya.
Menurut survei yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), 72% responden menyebut kendaraan bermotor sebagai penyebab utama polusi udara. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta meningkat dari 18 juta unit pada 2016 menjadi lebih dari 26 juta unit pada 2022. Sepeda motor mendominasi jumlah tersebut. Kemacetan lalu lintas yang parah memperburuk polusi udara, dengan emisi karbon dioksida mencapai 969 kg setiap hari pada jam sibuk.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah dengan menerapkan aturan uji emisi untuk kendaraan bermotor yang berusia lebih dari tiga tahun. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas berbahaya dan memperbaiki kualitas udara.
Survei juga menunjukkan bahwa 84% responden sangat setuju bahwa polusi udara berdampak buruk dan harus segera diatasi. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan juga terlihat dari 64% responden yang memilih menggunakan transportasi umum dan 60% yang menjaga kebersihan.
Namun, masih ada tantangan. Banyak warga yang belum memilah sampah dengan baik, sehingga volume sampah di Jakarta terus meningkat dan menyebabkan pencemaran udara.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah perlu meningkatkan fasilitas transportasi umum dan kebijakan pengelolaan sampah. Kesadaran dan tindakan dari seluruh masyarakat sangat penting untuk mengurangi polusi udara dan menjaga kesehatan lingkungan.
Laporan ini disusun oleh tim mahasiswa Ukrida, Program Studi Manajemen: Samuel Arthur, Meisien Elfira Tanoni, dan Christian Richly Dewanto.