Ditulis Oleh Rigop Darmiko
Dua minggu ini media sosial saya dipenuhi oleh postingan para orangtua tentang pembagian raport anak-anaknya. Berbagai gambar dan tulisan yang mengekspresikan kebanggan mereka atas pencapaian anak-anak mereka. Pencapaian yang dimaksud adalah rangking atau peringkat anak-anak mereka. Secara umum masyarakat kita memang masih menilai pendidikan dari perengkingan. Meskipun beberapa sekolah tidak lagi membuat rangking, kita masih cenderung akan menanyakan rangking kepada anak-anak sekolah yang kita temui.
Raport merupakan sebuah laporan hasil evaluasi terhadap perkembangan anak. Tetapi perengkingan pada raport akhirnya menghilangkan esensinya. Orangtua dan anak hanya fokus pada perengkingan tersebut. Orangtua menjadikan raport sebagai alat kebanggaan dan hanya melihat perkembangan anaknya dari rengking yang diperoleh. Bagi anak raport juga hanya menjadi alat kebanggan dan cara untuk memenuhi harapan orangtuanya. Akhirnya orangtua dan anak tidak melihat perkembangan anak secara utuh yang digambarkan pada raport tersebut. Namun belakangan ini mulai timbul kesadaran yang mempertanyakan pembagian raport dengan system perengkingan siswa-siswi. Dari perspektif psikologi, khususnya teori Alfred Adler, kita bisa memahami lebih dalam dampak psikologis dari sistem ini dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perkembangan individu.
Alfred Adler, seorang psikolog Austria yang dikenal sebagai pendiri psikologi individu, menekankan pentingnya perasaan inferioritas dan superioritas dalam perkembangan manusia. Adler percaya bahwa setiap individu memiliki dorongan untuk mengatasi perasaan inferioritas yang mereka alami dan berusaha mencapai superioritas atau kesempurnaan pribadi. Dalam konteks pendidikan, raport dan perengkingan siswa bisa mempengaruhi perasaan ini secara signifikan.
Dalam sistem perengkingan, siswa yang mendapatkan nilai tinggi dan berada di peringkat atas mungkin merasa superior, sementara siswa yang berada di peringkat bawah bisa merasa inferior. Menurut Adler, perasaan inferioritas ini bisa menjadi motivasi untuk berkembang lebih baik, namun jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan rasa tidak percaya diri yang mendalam dan bahkan menghambat perkembangan pribadi.
Perengkingan mendorong kompetisi di antara siswa. Meskipun kompetisi sehat dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, kompetisi yang berlebihan dapat menghambat kerja sama dan rasa kebersamaan. Adler menekankan pentingnya kolaborasi dan dukungan sosial dalam mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, penting bagi sistem pendidikan untuk menemukan keseimbangan antara kompetisi dan kolaborasi.
Raport dan perengkingan juga berfokus pada pencapaian individual, yang bisa mengabaikan aspek kesejahteraan emosional siswa. Adler mengajarkan bahwa kesejahteraan emosional adalah kunci untuk mencapai kesuksesan. Siswa yang merasa tertekan karena harus selalu berada di peringkat atas mungkin mengalami stres, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya. Oleh karena itu, sistem evaluasi perlu memperhatikan aspek emosional dan psikologis siswa.
Beberapa sekolah sudah tidak lagi melakukan perengkingan pada raport. Tetapi pada umumnya sekolah-sekolah masih melakukannya. Jika perengkingan dihilangkan bagaimana pendekatan yang lebih holistik terhadap raport?
Mengalihkan fokus dari perengkingan ke penilaian berbasis kompetensi bisa menjadi solusi. Penilaian ini menilai kemampuan dan perkembangan individu dibandingkan dengan standar tertentu, bukan dengan siswa lainnya. Hal ini dapat mengurangi tekanan kompetisi dan memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kemampuan siswa.
Adler percaya bahwa kesejahteraan emosional adalah bagian penting dari perkembangan individu. Oleh karena itu, pendidikan harus mencakup pembangunan kecerdasan emosional, seperti kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi, empati, dan keterampilan sosial. Ini bisa dilakukan melalui program-program khusus atau integrasi dalam kurikulum yang ada.
Mengurangi fokus pada perengkingan bisa meningkatkan kerjasama antar siswa. Sistem pembelajaran yang menekankan kerja kelompok, proyek kolaboratif, dan kegiatan ekstrakurikuler bisa membantu siswa belajar bekerja sama, berbagi ide, dan mendukung satu sama lain. Hal ini selaras dengan pandangan Adler tentang pentingnya dukungan sosial dalam perkembangan individu.
Sistem raport dan perengkingan siswa memiliki dampak yang signifikan pada psikologis siswa. Dari perspektif teori psikologi Alfred Adler, penting untuk mengakui bahwa perasaan inferioritas dan superioritas, kompetisi, dan kesejahteraan emosional memainkan peran besar dalam perkembangan siswa. Pendidikan yang holistik dan memperhatikan aspek emosional, kolaborasi, serta penilaian berbasis kompetensi bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi perkembangan individu. Dengan demikian, siswa tidak hanya berprestasi secara akademis, tetapi juga berkembang menjadi pribadi yang sehat secara emosional dan sosial.
Sebagai orangtua, bagaimana kita seharusnya menyikapi rapor anak-anak kita? Sikap yang positif dan mendukung sangat penting dalam membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan motivasi yang sehat. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua:
- Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil Apresiasi usaha dan kerja keras anak dalam belajar, bukan hanya hasil akhir yang tercermin dalam nilai rapor. Diskusikan dengan anak tentang tantangan yang mereka hadapi dan bagaimana mereka bisa belajar dari pengalaman terseb
- Hindari Membandingkan dengan Anak Lain Setiap anak unik dengan kemampuan dan potensi yang berbeda. Menghindari perbandingan dengan anak lain dapat membantu anak merasa dihargai dan diterima apa adanya.
- Dukung Pengembangan Kecerdasan Emosional Bantu anak mengelola stres dan emosi mereka dengan menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk berbicara tentang perasaan mereka. Ajarkan mereka keterampilan sosial dan emosional yang penting untuk kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
- Dorong Kolaborasi dan Kerjasama Ajak anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mempromosikan kerjasama dan kolaborasi, seperti proyek kelompok atau kegiatan ekstrakurikuler. Ini dapat membantu mereka belajar bekerja sama dan menghargai kontribusi orang lain.
Sebagai orangtua, sikap terhadap rapor anak sangat penting dalam membentuk respons psikologis mereka. Berdasarkan perspektif Alfred Adler, penting untuk menghargai usaha dan perkembangan individu anak daripada hanya fokus pada peringkat. Orangtua harus mendorong anak untuk melihat nilai rapor sebagai alat refleksi dan motivasi untuk perbaikan diri, bukan sebagai penentu nilai diri. Dukungan emosional, penghargaan atas usaha, dan penekanan pada kolaborasi dapat membantu anak merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berkembang dengan sehat secara emosional dan sosial.
Anak-anak seperti apa yang kita bayangkan dalam pertumbuhan anak-anak kita sangat ditentukan bagaimana sikap kita terhadap raport mereka.