Jakarta, Bonarinews.com – Sekelompok mahasiswa dari Universitas Krida Wacana (Ukrida) baru-baru ini meluncurkan sebuah proyek ambisius yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan aksesibilitas fasilitas prioritas bagi individu dengan kondisi kesehatan khusus di stasiun dan halte Grogol. Proyek ini berjudul “Proyek Inklusi Sosial: Meningkatkan Kesadaran dan Aksesibilitas Fasilitas Prioritas bagi Individu dengan Kondisi Kesehatan Khusus di Stasiun dan Halte Grogol.” Tim mahasiswa Ukrida terdiri dari Jessica Sunaryo, Titania Immanuella, dan Marcelyno.
Dalam masyarakat, terdapat kesadaran umum tentang pentingnya memberikan prioritas kepada ibu hamil, lansia, balita, atau orang yang membawa alat bantu. Namun, sering kali masih terdapat ketidaktahuan atau kurangnya pemahaman tentang individu dengan kondisi kesehatan yang tidak terlihat secara fisik. Misalnya, seseorang yang tampak sehat secara fisik namun memiliki kondisi medis tertentu seperti anemia, asam urat, atau vertigo, tetap memerlukan fasilitas prioritas untuk menghindari risiko kesehatan yang lebih serius.
Mahasiswa Ukrida mengidentifikasi akar masalah berupa kurangnya kesadaran masyarakat tentang kondisi kesehatan yang tidak terlihat secara fisik, ketidakjelasan parameter dan ketentuan untuk menggunakan fasilitas prioritas, serta kekurangan penanda khusus bagi individu yang berhak menggunakan fasilitas tersebut.
Untuk mengatasi masalah ini, mereka mengusulkan tiga solusi utama. Pertama, sosialisasi kepada masyarakat melalui poster dan banner untuk memberikan informasi tentang penyakit tertentu. Langkah ini penting karena ada orang yang terlihat sehat secara fisik namun sebenarnya memiliki kondisi tertentu yang berhak menggunakan fasilitas prioritas. Kedua, penciptaan parameter dan ketentuan yang jelas untuk menggunakan fasilitas prioritas, termasuk bagi orang dengan kondisi kesehatan khusus. Ketiga, pemberian penanda khusus berupa pin atau stiker bagi individu yang berhak menggunakan fasilitas prioritas guna menghindari perlakuan tidak pantas karena kesalahpahaman.
Dalam upaya mendalami lebih lanjut tentang penyakit yang tidak terlihat, mahasiswa Ukrida ini mewawancarai Dr. Edison Wirjo, seorang dokter umum dari rumah sakit swasta. Ketika ditanya tentang bahaya bagi disabilitas menggunakan KRL, Dr. Edison menjelaskan, “Bila di jam-jam sepi, sebetulnya aman untuk menggunakan KRL, tapi disarankan untuk orang dengan disabilitas yang stabil (contohnya sudah lama disabilitas, bukan sakit yang baru). Untuk orang yang baru sakit, sebaiknya menghindari KRL, lebih baik menggunakan transportasi lain atau istirahat di rumah dahulu.”
Dr. Edison juga menyebut beberapa penyakit yang berbahaya jika pengidapnya berdiri terlalu lama. “Secara umum, penyakit yang kambuh akibat kelelahan atau berhubungan dengan kebutuhan oksigen, seperti asma, penyakit jantung dengan kekuatan pompa jantung yang melemah, penyakit pinggang bawah (low back pain) yang melibatkan tulang belakang atau saraf kejepit, serta gangguan pembuluh darah di kaki seperti varises,” jelasnya.
Pengembangan Parameter Baru untuk Fasilitas Prioritas

Untuk mengatasi permasalahan ini dengan lebih efektif, mahasiswa Ukrida mengusulkan pengembangan parameter baru yang lebih inklusif dan mencakup kondisi kesehatan khusus. Berikut adalah beberapa solusi yang diusulkan:
1. Kriteria Kondisi Kesehatan Tidak Terlihat: Menambahkan kondisi kesehatan yang tidak terlihat seperti anemia, vertigo, penyakit jantung, asma, low back pain, varises, dll dalam kriteria yang berhak menggunakan fasilitas prioritas.
2. Prosedur Verifikasi: Mengembangkan prosedur verifikasi yang mudah diakses bagi individu dengan kondisi kesehatan khusus, seperti penyertaan surat keterangan dokter atau kartu kesehatan khusus yang dikeluarkan oleh otoritas medis.
3. Penanda Khusus: Membuat dan mendistribusikan pin atau stiker khusus yang dapat dikenakan oleh individu dengan kondisi kesehatan khusus. Penanda ini akan berfungsi sebagai identifikasi yang sah dan mengurangi risiko kesalahpahaman atau perlakuan tidak pantas.
4. Edukasi Masyarakat: Melakukan kampanye edukasi secara terus-menerus melalui media sosial, poster, dan banner di stasiun dan halte untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memberikan prioritas kepada individu dengan kondisi kesehatan yang tidak terlihat.
5. Pelatihan Petugas: Memberikan pelatihan khusus kepada petugas di stasiun dan halte mengenai penanganan dan pemberian prioritas kepada individu dengan kondisi kesehatan khusus. Ini termasuk mengenali penanda khusus dan memahami parameter baru yang telah dikembangkan.
Mahasiswa Ukrida berharap proyek ini dapat dikembangkan lebih lanjut agar semua individu, termasuk mereka dengan kondisi kesehatan yang tidak terlihat, dapat merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menggunakan fasilitas publik. Mereka juga berharap PT KAI Indonesia dan masyarakat umum mendukung inisiatif ini untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan peduli.
Proyek ini adalah langkah penting dalam menciptakan kesadaran dan mengubah cara pandang masyarakat tentang kesehatan dan aksesibilitas di ruang publik. Dengan dukungan yang tepat, diharapkan akan ada perubahan positif dalam perlakuan dan kesadaran terhadap individu dengan kondisi kesehatan khusus. (*)