Keluarga Brokenhome dan Psikologis Anak Perempuan

Bagikan Artikel

Oleh Cindy Maria

Kali ini kita akan berbicara mengenai keluarga. Tentu setiap keluarga punya sketsa yang berbeda-beda. Ada yang akur, seperti keluarga cemara, namun ada yang mengalami brokenhome.

Saat ini keluarga brokenhome bukanlah sebuah hal yang sulit untuk ditemui. Tidak jarang, kondisi ini dekat dengan kita bahkan mungkin keluarga dekat kita mengalami hal tersebut.

Di kalangan artis, fenomena ini bahkan sering jadi sorotan. Perceraian orangtua Gempita, adalah salah satu diantaranya. Meski kemudian kedua orangtuanya tetap berbagi perhatian, kehilangan sosok orangtua dalam hidup ketika masih berada di usia yang belia sangat tidak diharapkan.

Mirisnya, ada ratusan bahkan mungkin ribuan kisah yang sama dengan Gempita, bahkan lebih parah, yang dialami oleh anak brokenhome.

Tetapi apa itu brokenhome? Dalam arti sederhana brokenhome adalah kondisi dimana rumah tangga sudah tidak harmonis dan tidak sehat, serta akan sampai ke jenjang perceraian. Akibat dari kondisi ini, tentu bukan hanya akan menimpa pasangan suami istri, tetapi juga anak mereka.

Diasumsikan, beban terbesar menimpa anak perempuan. Beberapa masalah yang dihadapi anak perempuan yaitu:

1. Rasa Takut

Rasa takut ini lebih mengarah pada rasa kurang percaya diri anak dan lebih menutup diri terutama kepada keluarga. Anak perempuan justru lebih takut mengungkap pendapat dan permasalahan yang dialami sehingga dalam hidup mereka lebih memilih memendam sendiri permasalahan yang terjadi. Mereka kehilangan “tempat” mengadu mengenai kehidupannya.

2. Kehilangan Sosok Pelindung

Dengan kehilangan sosok orang orangtua terlebih ayah dalam kehidupan anak perempuan mereka akan kehilangan sosok pelindung dalam hidupnya, kerena bagi anak perempuan ayah adalah sebuah simbol pelindung.

3. Mencari Pasangan Melengkapi Sosok yang Hilang

Biasanya dalam kasus anak perempuan ketika ia mencapai usia yang matang ia akan memilih mencari sosok pasangan yang dapat melengkapi sosok yang telah hilang dari hidupnya. Terlebih dari segi kasih sayang dan perhatian yang tidak didapatkan dari orangtua.

4. Rasa Iri dan Cemburu yang Tinggi terhadap Orang Lain

Anak perempuan cenderung merasa iri terhadap anak-anak yang memiliki kehidupan keluarga yang harmonis. Sehingga anak akan lebih sering membanding-bandingkan hidupnya sendiri dengan orang lain. Hal ini menyebabkan rasa bersyukur anak tersebut pun berkurang.

Menjadi seorang anak perempuan dari keluarga brokenhome tentu memberikan luka tersendiri dalam dirinya. Karena itu, diperlukan pendekatan yang berbeda kepada mereka. Tujuannya tentu adalah agar anak perempuan yang mengalaminya hidup dengan lebih baik meski dalam keluarga yang orangtua sudah terpisah. Ada hal-hal yang perlu ditanamkan dalam diri anak korban.

Pertama, mengajak mereka mencari lingkungan yang positif. Lingkungan tentu akan mempengaruhi kehidupan seorang anak. Hal ini memang tergantung bagaimana anak tersebut mampu menyikapi lingkungannya ke arah positif atau negatif.

Begitu juga anak brokenhome tentunya harus mempunyai lingkungan pertemanan positif serta orang dewasa yang mampu mempengaruhi pola pikir anak korban brokenhome agar lebih baik.

Saya melihat kondisi ini pada salah seorang anak perempuan yang justru mendapatkan role model dari figur orang lain sehingga membawa pengaruh besar dalam dirinya menerima keadaan, ini menunjukkan bahwa berada pada lingkungan yang positif membentuk anak yang positif juga.

Kedua, menuntun mereka mengupgrade diri. Menjadi anak brokenhome bukanlah sebuah aib sehingga seorang anak brokenhome harus bisa mengupgrade dirinya menjadi lebih baik. Cara sederhana yang bisa dilakukan untuk mengupgrade diri adalah dengan menjelaskan dan menyadarkan mereka bahwa mereka harus berjuang dan terus bersyukur.

Melihat besarnya dampak yang ditimbulkannya, maka mestinya semua pasangan sebelum memulai rumah tangga ada baiknya untuk mengenal lebih dalam lagi satu sama lain. Pasangan harus benar-benar siap secara mental dan terlebih finansial untuk mampu menghadapi guncangan dalam kehidupan pernikahan. Anak hanya menjadi korban yang seringkali terlewatkan oleh perhatian orangtua brokenhome.

Keadaan keluarga yang tidak baik justru sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Anak terlebih anak perempuan, hanyalah seorang anak yang membutuhkan kehangatan keluarga. Orang tualah yang harusnya sebagai orang dewasa yang memahami anak bukan sebaliknya anak yang harus memahami keadaan dan merasakan dampaknya.

Anak tidak dapat memilih orangtua mereka ketika akan dilahirkan, orang tualah yang memilih untuk melahirkannya ke dunia, bukankah seharusnya sudah tanggung jawab orangtua untuk menyediakan tempat anak bertumbuh dalam situasi yang aman dan nyaman, dan itu disebut sebagai keluarga?

(Penulis adalah mahasiswa di Prodi S1 Antropologi Sosial, FISIP Universitas Sumatera Utara).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *